mau ucapin selamat ultah ke 16. Jaya jaya jaya
Spread a positive influences to everyone
Lakukan seperti yang kamu inginkan
Jumat, 28 Juli 2023
Minggu, 28 Juli 2019
Blog ini umurnya sudah 12 tahun, tidak ada yang istimewa
Udah gitu aja, gak tahu mau nulis apa disini
Login di blog ini cuma mau iseng2 ngecek aja
Ok bye~
Jumat, 17 Juli 2015
GIGI TERPENDAM/ gigi impaksi (bagian 3)
MOLAR TIGA MAKSILA TERPENDAM.
Gigi ini seperti
halnya dengan Molar tiga mandibularis, dapat juga mengalami impaksi.
Kita dapat membagi keadaan impaksi ini atas 3 bagian yaitu :
I. Hubungan
atau relasi dalamnya gigi terpendam dalam tulang.
Klas a : Bahagian terendah korona Molar tiga berada satu
garis dengan dataran Oklusal Molar dua.
Klas b : Bahagian paling bawah korona Molar tiga berada
diantara dataran Oklusal dan garis servikal Molar dua.
Klas c : Bahagian paling bawah korona Molar tiga berada di
atas garis servikal Molar dua
II Berdasarkan
posisi yaitu perbandingan posisi aksis Molar tiga dengan aksis
Molar dua
ini dapat berupa :
- Vertikal
- Horizontal
- Distoanguler
- Mesio angular
- Buko anguler
- Palato anguler
Mesio anguler
yaitu korona menghadap ke mesial.
Buko anguler
yaitu korona menghadap ke bukal dan sebagainya.
III. Hubungan
dengan sinus Maksilaris.
Yaitu : dekat atau jauhnya dari sinus
maksilaris.
SA : artinya sinus Aproksimasi
NSA : artinya No. Sinus Aproksimasi
Hal ini biasanya
terjadi pada klas b dan klas c.
Misalnya klas c
:
- vertikal SA
maksudnya :
- letak dalam
- posisi
vertikal
- dekat sinus
maksilaris
Gejala klinis Molar tiga terpendam ini adalah :
1. Menyebabkan tekanan pada Molar dua
2. Menimbulkan karies pada Molar dua
3. Menimbulkan kista pada Molar tiga
4. Menimbulkan sinusitis
Teknik pengambilan Molar tiga maksila
Banyak persamaan dengan Molar tiga mandibula, tetapi ada
perbedaan yang penting pada pengambilan Molar tiga maksila ini, yaitu adanya
faktor yang mempermudah dan faktor yang mempersulit pekerjaan dibandingkan
dengan pengambilan Molar tiga Mandibula
Faktor yang mempermudah pekerjaan serta keuntungan.
1. Gigi Molar tiga maksila biasanya tidak begitu menyimpang
dari posisi normal.
2. Tulang disekitar gigi tidak begitu padat, sehingga
menyebabkan kemungkinan gigi tersebut lebih mudah dikeluarkan. Dengan
pembuangan tulang yang sedikit saja atau tanpa pembuangan tulang, kita sudah
dapat mencongkel gigi tersebut dan lebih mudah penyembuhannya, karena aliran
darahnya baik.
3. Bentuk anatomis
tulang rahang atas memungkinkan gigi digerakkan ke arah distal tuber maksila lebih fleksibel.
4. Penyembuhan luka
lebih cepat karena :
- Suplai
darah di daerah tersebut baik
- Drainase
daerah tersebut baik.
Faktor yang mempersulit pekerjaan serta kerugian.
1. gigi sukar dicapai.
Orientasi yang
sukar itu mengharuskan kita menggunakan kaca mulut.
2. pengambilan Ro – foto sukar dilakukan
3. letaknya dekat sinus maksilaris, sehingga bila kurang
cermat pengambilannya, dapat menyebabkan perforasi sinus maksilaris.
Mengingat hal-hal tersebut maka kita harus mengambil langkah
– langkah sebagai berikut:
1. palpasi jaringan lunak dan jaringan keras. Bagaimana
keadaan gigi tetangganya,
kita lakukan hal
ini bersama – sama dengan melihat Ro – foto.
2. kita pelajari benar – benar dari Ro – foto gigi yang akan
dicabut
- keadaan gigi
tetangga
- keadaan
jaringan sekitarnya, misalnya keadaan tulang maksila.
- dekat tidaknya
ke sinus maksilaris
- klasifikasi
gigi terpendam
Anestesi yang dipakai :
Pleksus anestesi dan sub mukus infiltrasi anestesi. Sesuai
dengan Molar tiga mandibula maka cara pekerjaan pengambilan Molar tiga sebagai
berikut :
1. Pembukaan flep
Insisi di bagian
oklusal tuber maksilaris yang berjalan ke anterior kemudian melanjut ke bagian bukal....lar dua dan
dilanjutkan denagn insisi vertikal ke anterior di sebelah bukal Molar satu.
Setelah insisi selesai buka muko perios flep dan kemudian flep dipegang denagn
pinset chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka dipergunakan kaca mulut
karena sukar dilihat langsung, disamping itu penerangan harus cukup baik.
2. Pengambilan Tulang
Pengambilan tulang
tidak begitu sukar oleh karena itu tuberositas maksila lebih poreus daripada tulang mandibula. Dengan
memakai pahat dan tokokan minimal saja
sudah putus atau dengan memakai bor juga lebih mudah membuangnya.
Pada pembuangan
tulang harus diperhatikan betul, jangan sampai bagian gigi atau tulang tertolak
masuk ke dalam sinus maksilaris. Tulang
yang dibuang adalah bagian bukal, oklusal, distal. Yang tidak boleh dibuang
adalah bagian palatinal.
3. Pengeluaran gigi
Setelah gigi
terpendam bebas dari tulang sekitarnya, kita harus membuat ruangan yang cukup bagi bein atau elevator
supaya dapat masuk diantara gigi dan tulang alveolus agar dapat menolak gigi ke
arah oklusal.
Pada waktu
mengeluarkan gigi, harus hati – hati jangan sampai gigi terlepas masuk ke dalam
kerongkongan, karena dapat mengganggu / menyumbat seluruh pernapasan.
Dengan anestesi
umum, lebih, mudah, karena kerongkongan sudah ditutup dengan kasa.
4. Pembersihan luka
Setelah gigi
keluar, maka dilakukan penghalusan tulang alveolus yang tajam, pembersihan soket dan sebagainya seperti
pada pengambilan Molar tiga mandibula.
5. Penutupan luka
Flep dikembalikan
dan dijahit.
Luka diberi tampon
dan sebagainya, lihat Molar tiga Mandibula.
Faktor –faktor yang
dapat menimbulkan komplikasi pada pengambilan gigi Molar tiga maksilaris
terpendam.
Letaknya dekat dengan sinus maksilaris.
Molar tiga terpendam ini letaknya dibawah atau dekat sekali
dengan akar Molar dua
Kurvature akar tidak normal/ akar bengkok
Adanya hipersementosa
Dekatnya Molar tiga terpendam dengan prosesus zygomatikus
Penebalan tulang yang luar biasa dan hal ini biasanya pada
pasien yang sudah tua ( tulang tidak elastis lagi ).
Daerah operasi yang sukar dicapai, yaitu karena otot pipi
tebal.
KANINUS TERPENDAM
Pengambilan kaninus terpendam lebih sukar dan memerlukan kemahiran lebih
banyak dari pada Molar tiga terpendam terlebih – lebih Kaninus yang terpendam
dengan posisi horizontal dan palatinal sehingga sangat mendekati sinus
maksilaris.
Di samping faktor etiologi yang berlaku untuk gigi terpendam
pada umumnya pada gigi kaninus terpendam ada lagi faktor – faktor khusus
sebagai berikut :
1. Tulang palatum durum lebih besar resistensinya daripada
prosesus alveolaris dimana pada tahap erupsi terletak di bagian palatinal.
2. Jaringan mukoperios yang menutupi bagian anterior dari
pada palatum, karena lebih sering mendapat tekanan kronis akibat pengunyahan
menjadi tebal, padat dan lebih erat melekat pada tulang dibandingkan dengan
jaringan lain sehingga daya resistensi untuk ditembus lebih sukar daripada gigi
lain.
3. Sebagaimana diketahui bahwa daya erupsi gigi juga
dipengaruhi oleh pembentukan akar.
Pada kaninus daya erupsinya menjadi berkurang pada waktu hampir mencapai oklusa
dari prosesus alveolaris dibandingkan dengan gigi lain, sebab biasanya pada erupsi akar ggi kaninus sudah
lebih sempurna terbentuk daripada gigi yang lain, sehingga kemungkinan
terpendamnya kaninus lebih besar dari gigi lain.
4. Benih gigi Kaninus mempunyai jarak terjauh di dalam
tulang alveolar sebelum mencapai oklusal. Hal ini mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya impaksi atau malposisi, karena semakin dekat jarak benih pada
permukaan oklusal prosesus alveolaris, makin tipis kemungkinan gigi untuk
impaksi atau malposisi.
5. Semasa pembentukan gigi, korona kaninus permanen terletak
tepat disebelah palatinal dari apeks akar gigi kaninus decidui. Hal ini akan
mempengaruhi benih dari Kaninus permanen ini, dimana persistensi gigi kaninus
desidui dapat menimbulkan deviasi dari posisi dan arah pada benih Kaninus
permanen.
6. Hal lain seperti :
a. Resorpsi yang
terlambat dari gigi Kaninus desidui.
b. Kaninus
permanen adalah gigi yang terakhir tumbuh pada stadium gigi bercampur sehingga
banyak hal yang kurang menguntungkan.
c. Kaninus
permanen tumbuh diantara gigi permanennya yang sudah beroklusi baik, sehingga
ia harus berebut tempat dengan Molar dua permanen yang pada waktu itu juga
sedang erupsi.
d. Kaninus
permanen diameternya jauh lebih besar dari pada diameter Kaninus desidui
sehingga membutuhkan tempat yang lebih banyak.
Hal – hal tersebut di atas menyebabkan Kaninus adalah urutan
ketiga terbanyak mengalami impaksi atau malposisi.
Menurut Rohrer :
Kemungkinan impaksi Kaninus maksila 20 kali lebih banyak
terletak di palatinal dari pada di bukal, frequensi lebih banyak dijumpai pada
wanita dari pada pria. Dalam hal ini mungkin karena tulang di sekitar kaninus
pria lebih padat dari pada wanita. Di mandibula frequensi di sebelah labial
lebih besar dari pada di sebelah lingual, karena benih terletak di labial.
KANINUS MAKSILA TERPENDAM
Menurut klasifikasi :
Acher dalam bukunya membuat klasifikasi sebagai berikut :
Klas I : gigi berada di palatum dapat dengan posisi :
a.
horizontal
b.
vertikal
c. semi
vertikal
Klas II : gigi berada di bukal, dapat dengan posisi :
a.
horizontal
b.
vertikal
c. semi
vertikal
Klas III : gigi dengan posisi yang melintang (inter –
mediete position), korona di palatinal akarnya melalui atau berada diantara
akar gigi – gigi tetangga dan apeks berada di sebelah labial atau bukal
dimaksila atau sebaliknya.
Klas IV : gigi berada vertikal di prosesus alveolaris di
antara gigi insisivus dan premolar.
Klas V : Impaksi Kaninus berada pada edentolus ( rahang yang
ompong ).
Indikasi pengambilan
Apabila menimbulkan gejala – gejala yang tidak diinginkan,
jadi sama halnya dengan pengambilan gigi impaksi lainnya.
Kontra Indikasi
- Apabila gigi Kaninus tersebut masih dapat dirawat dan
dapat diimbangi ke oklusi normal pengambilan sebaiknya setelah semua gigi
permanen tumbuh (bukan pada gigi
bercampur).
Perawatan :
Buat rencana kerja yaitu :
a. Ro - foto
Untuk ini kita
pelajari :
-
klasifikasinya
- hubungannya
dengan sinus maksilaris
- relasinya
dengan gigi tetangga
- kurvatura
akar
b. Tentukan klasifikasi untuk menentukan rencana kerja
c. Tentukan tipe flep yang akan dibuat.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan komplikasi :
a. Dekatnya korona atau akar gigi tersebut dengan gigi
tetangga seperti gigi premolar satu dan insisivus satu sehingga dapat merusak
gigi tersebut karena trauma.
b. Dekat gigi tersebut dengan sinus maksilaris yang dapat
menimbulkan perforasi sinus maksilaris atau komplikasi selanjutnya.
c. Sering akar kaninus bengkok atau hipersementose dan ini
sulit kelihatan pada Ro-foto.
Pengambilannya :
Klas I impakasi
: dari palatinal karena kedudukannya
dekat ke palatinal
Klas II impakasi : diambil dari labial atau bukal
Klas IIIimpakasi : diambil dari arah korona atau oklusal
Misalnya :
Korona sebelah labial diambil dari sebelah labial. Jika
dapat diambil dari satu sisi saja tapi jika tidak berhasil maka dilakukan
pembukaan flep dari sebelah palatinal.
Teknik pengambilan dari palatinal :
1. Pembuatan flep dari palatum.
Insisi dapat kita
lakukan dari pelekatan gingiva sepanjang gigi front sampai ke regio Premolar
dua. Pada insisi ini ada beberapa operator yang memperhatikan foramen insisivum
(tempat keluarnya n. Palatinalis) tetapi ada juga operator yang tidak
memperhatikannya. Kemudian flep ini dilepaskan dengan raspatorium, terlihat
tulang palatum dan kadang-kadang gigi sudah tampak ( kelihatan ).
2. Tulang yang mengelilingi sekitar mahkota gigi diambil dengan
bor atau chisel juga tulang-tulang yang menghalangi diambil. Gigi kita jepit
dengan tang sisa akar kemudian dikeluarkan.
3. Bersihkan luka dan jahit dengan interupted suture pada
posisi semula.
4. Beri tampon.
Untuk menahan tampon pada luka maka dibuat :
a. Protesa ( base
plate )
b. Dapat juga
kita buat dari “ Self curing acrilic “ yang ditahan dengan wiring yangdiikatkan
pada gigi premolar kanan dan kiri, hal ini juga untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan agar lebih cepat sembuh.
5. Perawatan pasca
bedah
Beri obat-obatan
analgetik, anti inflamasi dan vitamin.
Setelah 2 hari
pasien dikontrol dilakukan pembersihan luka dan aplikasi gentian
Violet 1 – 2 %.
Setelah 5 – 7
hari jahitan dapat dibuka.
Teknik pengambilan
dari labial.
Pada
pembukaan flep, sudah dapat dilihat sebahagian korona sehingga dengan membuang
tulang sedikit, korona kelihatan seluruhnya dan dengan gerakan sedikit gigi
sudah dapat keluar. Yang sukar adalah apabila letak gigi itu diantara dua akar
yaitu akar gigi insisivus dua dan akar gigi Premolar satu.
Disini kita harus hati-hati bekerja, karena kita tidak boleh
merusak jaringan periodentum gigi tetangga.
Jadi sedapat mungkin kita hanya sedikit membuang tulang dan
sebaiknya jangan membuang tulang aproksimal gigi tetangga.
Disini sulit dilakukan pengambilan gigi dengan cara intoto.
Keterangan gambar : Pengambilan Kaninus dari labial
1. Pembukaan flep
2. Pengambilan tulang
3. Pengambilan gigi dengan elevator
4. Bila gigi tidak dapat keluar, maka gigi diseparasi,
korona dipisah dari radiks dan diambil.
5. Pengambilan gigi sebagian-sebagian.
Selanjutnya luka
dibersihkan dan flep dikembalikan lalu dijahit.
Teknik pengambilan gigi Kaninus dengan posisi intermediate.
Contoh : Korona sebelah bukal dan akar sebelah palatinal.
Bila korona sebelah bukal seperti contoh di atas, kita
condong mengambilnya dari sebelah bukal, tetapi bila korona terletak di sebelah
palatinal, kita condong mengambilnya dari palatinal.
Dalam keadaan ekstrim, dimana akar bengkok dan korona di
sebelah bukal, maka kita ambil dari dua arah kita lakukan apabila kita telah
membuka tulang, karena kadang-kadang dari sebelah bukal akar dapat diambil,
kecuali bila akar bengkok atau hipersementose.
Dapat juga kita ambil secara separasi, akar dapat kita
bebaskan, bila ujung dari akar tidak terlalu bengkok ( ini semua diketahui
waktu operasi,jadi tidak ada rencana sebelumnya ).
KANINUS MANDIBULA TERPENDAM.
Kaninus
mandibula terpendam biasanya diambil dari sebelah labial karena letaknya lebih
banyak ke labial dan jarang atau hampir tidak pernah dari sebelah lingual.
Dalam membuat flep dapat berbentuk :
- segitiga ( sering dibuat )
- trapesium ( jarang dibuat karena kita takut mengenai ujung
n. Alveolaris inferior yakni n. mentalis ).
Pada pembuangan tulang kita harus hati-hati, jangan sampai
mengenai foramen mentalis. Bila gigi lebih ke distal pada pembuangan kita harus
membebaskan foramen mentalis. Pada pembuangan tulang ini, kita lihat arteri dan
nervus dari foramen mentalis dan ini kita ikuti.
Kita bebaskan tulang bahagian bukal, setelah tulang bahagian
bukal bebas maka nervus bersama arteri kita keluarkan ( hanya dikeluarkan saja
) dari canalis mandibularis.
Dengan demikian pada pengambilan gigi kita tidak takut
mengenai nervus dan arteri. Kemudian kita membuang tulang di sekitar gigi
tersebut.
Pada keadaan yang
ekstrim misalnya impaksi kaninus mandibula dengan adanya kista, bila dalam hal
ini sewaktu pengambilannya kita takut terjadi fraktur rahang, maka untuk ini
gigi geligi kita fiksasi terlebih dahulu, lalu kita ambil gigi impaksi bersama
kista.
Maksud difiksasi kalau terjadi fraktur rahang gigi geligi
telah terfiksir.
Bila letak gigi impaksi kaninus dekat basis mandibula, maka
kita mengambilnya dari ekstra oral dengan insisi pada basis mandibula.
PREMOLAR TERPENDAM.
Impaksi
Premolar sering terjadi karena pencabutan prematur dari gigi molar desidui.
Dibanding gigi Premolar satu lebih sering terjadi pada gigi Premolar dua oleh
karena Premolar dua lebih lama erupsinya.
PREMOLAR MANDIBULA TERPENDAM.
Impaksi
pada Premolar mandibula lebih sering mengarah ke lingual dari pada ke bukal,
sedangkan pada maksila lebih sering ke palatinal daripada ke bukal.
Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar.
Jika korona belum nampak di rongga mulut dan gigi terletak di arkus dentalis
maka pengambilan gigi diambil dari bukal.
Dalam memilih cara inseparasi atau cara intoto kita lihat
tebal atau tidaknya tulang sebelah bukal yang menutupi gigi.
Jika
tulang sebelah bukal tebal, kita ambil secara inseparasi dan harus hati-hati
sebab antara Premolar satu dan Premolar dua ada foramen mentalis.
Apabila letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita
mengambilnya dari sebelah lingual ( bentuk flep segitiga, ahti-hati jangan
sampai mengenai arterie lingualis ).
Dari
sebelah lingual tulang tidak perlu terlalu banyak diambil, sebab biasanya gigi
terletak di bawah mukosa.
PREMOLAR MAKSILA TERPENDAM
Pengamnbilannya sesuai dengan gigi kanisus (bila letak gigi di sebelah
platina1, diambil dari platinal) dan sebagainya.
SUPERNUMERARY TEETH (gigi berlebih)
Sering
terjadi pada regio insisivus-bentuk rudimen terkecil dan konus dengan akar yang
kecil.
Bentuk peg-shaped :
Kebanyakan pada bagian palatinal diantara gigi-gigi
insisivus yaitu :
- Antara
Insisivus satu dengan Insisivus satu disebut mesiodens.
- Antara
Insisivus satu dengan Insisivus dua disebut laterodens.
Dapat dijumpai :
- sendiri
(single)
- berganda
(multiple)
Dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan gigi permanen dan
menybabkan diastema (baik sentralis ataupun lateralis). Kadang-kadang dapat
tumbuh bersatu dengan Premolar atau Molar. Kadang-kadang kita jumpai Molar ke
empat yang rudimenter dan ini disebut disto Molar.
Bila gigi berlebih ini sudah nampak , maka pengambilannya
tak sukar
( seperti pencabutan gigi saja ).
Yang sukar adalah bila letaknya di dalam tulang seluruhnya.
Bila tidak mengganggu gigi lain maka dapat kita biarkan, biasanya tidak
menyebabkan rasa sakit dan dapat tumbuh di palatinal.
Keluhan
yang dapat ditimbulkannya adalah maloklusi
(hasil konsultasi dengan bagian orto) dan karies.
Pengambilan biasanya dari palatinal, bila terletak di
palatinal dan diambil dari bukal bila terletak di bukal.
Bila mesio dens itu terletak dekat foramen insivum, n.
insisivum dapat rusak dan akan terjadi pati rasa di palatum (ini harus diberi
tahu terlebih dahulu pada pasien).
Kadang-kadang timbul kesukaran pada posisi “ intermediate “, maka kita
dapat mengambilnya dari labial dan harus hati-hati jangan sampai merusak akar
gigi Insisivus.
Indikasi untuk pengambilan gigi berlebih.
Pada
anak-anak umur 7 – 8 tahun, gigi front tumbuh jarang (diastema) dan biasanya
dapat berkonsultasi dahulu dengan ortodontist.
Pengambilan mesio dens ini sebaiknya ditunggu sampai gigi insisivus
telah sempurna pertumbuhannya karena dapat mengganggu pertumbuhan gigi
tersebut.
KOMPLIKASI-KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI PADA PENGAMBILAN
GIGI TERPENDAM DI RAHANG ATAS.
1. Terbukanya jahitan
2. Parastesi
3. Rasa sakit adalah hal yang normal bila rasa sakit itu
berlangsung + 3 hari
Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka dikhawatirkan
terjadi “ Dry socket “.
4. Pembengkakan
5. Parastesi regio yang diinervasi nervus (nervus terpotong
parastesi berlangsung lama ).
6. Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat
retraksi mulut.
7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu jahitan terbuka dan
terjadi inflamasi sekitarnya.
8. Fraktur pada prosesus alveolaris.
9. Molar dua yang terkena trauma sehingga dapat menjadi :
- gangren
- nekrose
- goyang
10. Osteomyelitis
11. Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas
12. Masuknya gigi terpendam ke dalam sinus maksilaris
13. Pada pengmbilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua
atau Premolar satu.
Motto : bekerja
atraumatis
Bekerja asepsis.
IMPAKSI JARINGAN LUNAK ( SOFT TISSUE IMPACTION )
Gigi yang
impaksi itu berada di bawah jaringan lunak ( mukosa ).
Kausa : Oleh karena jaringan lunak yang meliputi prosesus
alveolaris dimana gigi tersebut berada tebal dan sangat kenyal sehingga daya
erupsi daripada gigi tidak dapat menembusnya.
Ini dapat terjadi misalnya pada seseorang yang telah
kehilangan gigi Molar satu Molar dua atau Premolar, sehingga dalam waktu lama
ia mengunyah di atas gusi, yang oleh karena trauma yang kronis setiap pengunyahan,
menjadi tebal dan ini menyebabkan gigi Molar tiga tersebut sukar erupsi.
Kita membuang sebagian dari pada mukosa di sekeliling
oklusal gigi sehingga kelihatan. Kemudian kita bersihkan dan mukosa sekeliling
korona diambil seluruhnya.
Biasanya dalam waktu 1 minggu kemudian gigi telah erupsi.
Perawatannya :
Membuang
jaringan lunak sekitar oklusal atau insisal korona gigi dengan eksisi.
Anestesi : Sub mukosa infiltrasi anestesi.
Kemudian setelah dibersihkan , maka sekeliling korona kita
beri “ Surgical pack “ agar mukosa sekelilingnya tidak menutupinya kembali.
Apabila perlu kita dapat membuang tulang sekitarnya dan 2 –
3 hari kemudian “surgical pack” diambil.
GIGI TERPENDAM/ gigi impaksi (bagian 2)
CARA PENGAMBILAN :
1. Pengambilan secara intoto ( dalam keadaan utuh ).
Dengan cara
membuang tulang yang menghalangi secukupnya, cara ini membutuhkan pengambilan
tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma
yang lebih besar, tetapi mengebor tulang lebih mudah daripada mengebor
gigi.
2. Pengambilan secara Inseparasi :
Yaitu gigi yang
terpendam dibelah dan dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita menseparir
gigi, misalnya kita pisahkan korona dari akar. Kalau akar lebih dari satu, maka
dipisahkan dan akar yang telah dipisah tersebut diambil satu-persatu. Tujuannya
memperkecil pengorbanan tulang.
Tapi harus diingat :
1. Menseparir gigi lebih sukar daripada membuang tulang,
sebab email keras daripada tulang.
2. Pada gigi vital, dimana gigi masih sehat pada waktu menseparir
gigi tersebut dimana pulpa terbuka dapat menimbulkan rasa sakit walaupun lokal
anestesinya berjalan baik.
Memilih cara mana yang akan dilakukan tergantung daripada
posisi gigi, keadaan sekeliling gigi, misalnya banyak tulang yang menghalangi,
relasi terhadap gigi tetangga dan keadaan gigi tetangga. Langkah-langkah yang
dibutuhkan untuk membuat rencana operasi, yaitu membuat Ro – foto yang baik dan
tepat. Sebaiknya dibuat dari 2 atau 3 jurusan misalnya ke arah oklusal dan
samping.
Pada Rontgen foto harus dapat dibaca :
- Posisi dari gigi terpendam dengan bentuk dan besarnya
gigi, relasinya dengan gigi tetangga
dan jaringan sekitarnya.
- Keadaan akar gigi misalnya jumlah, panjang, besar kurva
tura akar, juga harus dilihat ada tidaknya ankilosis, hipersementosis dan
bentuk akar.
- Banyak dan tebal tulang alveolar yang merintangi gigi
tersebut dilihat dari segala pihak, misalnya lingual atau palatinal, labial dan
bukal.
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi :
- Jahitan
terbuka
- Rasa sakit
ini adalah normal apabila terjadi sampai hari ke 5
Apabila setelah hari ke 5 masih sangat sakit, kita khawatir
terjadi “Dry Socket”
-
Pembengkakan lebih kurang lima hari masih normal.
- Bila nervus
terpotong terjadi parastesi yang lama pada seluruh daerah yang diinervasi
nervus tersebut.
Pada pengambilan Molar tiga yang kita khawatirkan yaitu
terkenanya atau Terpotongnya nervus
fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot (miring sebelah)
- Terlukanya bibir atau mukosa mungkin oleh
karena tang ekstraksi, raspatorium dan alat-alat lain yang dipergunakan
sehingga dapat terjadi inflamasi sekitar bibir dan mukosa mulut.
- Pada waktu
operasi terjadi fraktur prosesus alveolaris.
- Gigi
tetangga dapat menjadi :
-- gangren
-- nekrose
--
mobiliti ( goyah )
- Dapat terjadi Osteomyelitis
- Dan banyak lagi komplikasi lainnya, antara
lain gigi yang dekat sinus
maksilaris. Oleh karena itu kita harus hati-hati bekerja
MOLAR TIGA MANDIBULA TERPENDAM
Klasifikasi :
Perlu
diketahui klasifikasi daripada Molar Mandibula terpendam, supaya operator dapat
memastikan atau membuat rencana kerja sebelumnya dan dapat mengira-ngira
kesulitan apa yang bakal ditemuinya pada pengambilan gigi tersebut.
Menentukan
klasifikasi suatu gigi Molar tiga Mandibula terpendam dilakukan dengan bantuan
Ro – foto dan posisi gigi terpendam itu di tulang rahang. Ro – Foto yang
diperlukan disini adalah : Infra Oral Radiograf, Lateral Jaw Radiograf, Bite
wing Radiograf dan Oklusal Radiograf.
Klasifikasi : menurut Pell & Gregory yang meliputi
sebagian klasifikasi dari George B. Winter.
Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mendibula dan tepi
Distal Molar dua.
Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas
distal Molar dua untuk
Lebar
mesio distal Molar tiga.
Klas II :
Ruangan antara distal Molar dua dan ramus lebih kecil daripada lebar
Mesio distal Molar tiga.
Klas III: Sebagian besar atau seluruh Molar tiga
terletak di dalam ramus.
Dalamnya Molar tiga terpendam di tulang Rahang.
Posisi A : Bahagian
tertinggi daripada gigi terpendam terletak setinggi atau lebih
Tinggi dari pada dataran oklusal gigi yang normal.
Posisi B :
Bagiantertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi
Lebih
tinggi dari pada serviks Molar dua ( gigi tetangga ).
Posisi C : Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam,
berada di bawah garis
Serviks
gigi Molar dua.
Posisi Aksis memanjang dari pada gigi Molar tiga terhdap
aksis Molar dua :
vertikal
horizontal
inverted ( terbalik / kaudal )
mesio angular
disto angular
buko angular
linguo angular
Jumlah / keadaan akar :
Berakar satu atau akarnya bersatu
Berakar lebih satu.
Gigi terpendam ini dapat diklasifikasikan lain berdasarkan :
a. Angulasi dan
Posisi :
1. vertikal
2. horizontal
3. transversal
4. mesio angular
5. disto angular
6. posisi yang
menyamping
Misalnya : di dalam ramus, di dalam angulus dan lain-lain.
b. Keadaan erupsi
:
Dapat berupa : - erupsi penuh
- erupsi sebahagian
- tidak erupsi sama sekali
- di bawah mukosa
- embedded (tertanam) dalam tulang
c.
Jumlah/keadaan akar :
- gigi yang berakar satu
- gigi
yang berakar dua
- gigi yang akarnya bersatu
- apakah
keadaan akar menguntungkan apa tidak
Jadi
dalam klasifikasi ini semua harus ditulis :
Misalnya
: Klasifikasi : a. Disto angular
b. erupsi +
c. V3 ( akar tiga )
- dan letak
gigi seluruhnya terhadap tulang dan gigi tetangganya, misalnya :
Jika Molar
dua karies – kita lihat gangren atau tidak, apakah bisa dirawat atau tidak karena ini dapat merubah cara
kerja kita.
Misal :
Molar tiga angular – Molar dua perlu dicabut maka Molar dua dicabut dan Molar
tiga dibiarkan, Jika Molar dua dan Molar tiga karies, maka sebaiknya kita cabut
Molar dua dulu baru kemudian Molar tiga dicabut.
Disini kadang-kadang perlu pembukaan flep, tergantung banyaknya tulang
yang mengelilingi gigi
Karies sebelah distal Molar dua yang disebabkan oleh tekanan
kronis dari Molar tiga tersebut. Ini hanya dapat dilihat dengan Ro – Foto.
Molar dua dicabut dan Molar tiga diambil.
Perawatan :
Anestesi : dapat dengan anestesi lokal atau dengan anestesi
umum.
Masing-masing anestesi ada keuntungannya, seperti anestesi
lokal, jarang ada pendarahan oleh karena kita memakai vaso-konstriktor.
Pada general anestesi : tidak boleh menggunakan
vasokonstriktor kecuali ada izin
dari ahli
anestesi.
Indikasi untuk anestesi lokal / anestesi umum :
Lokal anestesi : Biasanya dilakukan pada penderita yang
mentalnya kuat dan keadaan umum baik atau normal.
Pada penderita yang gelisah dan debil ( bodoh ) lebih baik
kita gunakan anestesi umum.
Teknik operasi :
Yaitu : 1. Membuat insisi untuk pembuatan flep
2.
pengambilan tulang
3.
pengambilan gigi
4.
pembersihan luka
5.
penutupan luka
ad.1. Membuat insisi untuk pembuatan flep.
Telah kita
pelajari lebih dahulu, syarat-syarat buatan flep yang harus kita taati.
Syarat-syarat flep
:
1. Harus membuka
daerah operasi yang jelas.
2. insisi
terletak pada jaringan yang sehat.
3. mempunyai
dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran darah ke flep cukup baik.
Insisi :
a. Di daerah
distal Molar dua sampai ke ramus insisi horizontal tegak lurus pada pinggir
oklusal tulang elveolar dan ramus.
b. Dari distal
Molar dua kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar dua sampai ke
forniks kira-kira mencapai apeks Molar satu.
Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang
maka muko periosteal flep dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditahan dengan
penarik pipi.
Setelah flep dibuka maka kelihatan tulang dan kadang-kadang
kita sudah dapat melihat giginya sebagian. Kita lakukan pengambilan tulang yang
menghalangi gigi tersebut.
Ad.2. Pengambilan
tulang.
Bila gigi
terpendam seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bor atau
pahat. Bor dipakai yaitu : bor yang bulat dan tajam, ada yang menyukai nomor 3
– 5 yaitu yang besar, apabila banyak tulang yang harus dibuang. Tetapi kita
juga harus menyediakan bor yang kecil untuk membuang tulang penghalang. Sambil membor
kita irigasi gunanya untuk mengurangi panas yang timbul waktu mengebor. Supaya
tidak terjadi nekrosa tulang.
- Apabila tulang
menutupi gigi telah cukup dibuang,maka kita dapat menggunakan bor, untuk
membuang penghalang yang sedikit-sedikit dipakai bor yang kecil.
- Setelah pengambilan tulang cukup, maka kita coba
mencongkel gigi keluar.
Yang harus
diperhatikan :
Tulang
bagian lingual tidak diambil, disini ada suatu modifikasi yaitu : Untuk
mempercepat pengambilannya dapat dibuat suatu muko-osteo-flep di sebelah
lingual (tidak dilakukan pada pengambilan dengan lokal anestesi) dan ini
dipergunakan bila gigi Molar tiga terpendam tersebut lebih mengarah ke lingual.
Dengan mengembalikan mukosanya maka tulangnya juga dikembalikan.
Pada muko
osteo flep tidak ada pengambilan tulang.
Ad.3. Pengambilan
gigi
Dapat
dilakukan secara :
a. Intoto ( utuh ) : kalau gigi dikeluarkan secara bulat
( utuh ).
b.
Separasi ( terpisah ) : gigi dibelah dulu baru dikeluarkan.
a. I n t o
t o :
Setelah tulang yang
mengililingi gigi tersebut kita ambil secukupnya maka kita harus mempunyai
cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Dengan
meletakkan elevator di bawah korona kita membuat gerakan yang mengungkit gigi
tersebut.
Kalau
gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka kita harus mencari
bagian tulang mana yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi
dengan tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan dengan tekanan yang
minimal. Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum mau keluar,
maka mungkin masih ada tulang atau akar gigi yang menghalangi.
Bila
mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan, dan terletak di bawah mahkota
Molar dua sedang gigi tersebut akan kita ambil dengan cara intoto, maka tulang
distal Molar tiga kita ambil lebih banyak sehingga Molar tiga dapat kita
congkel ke arah distal. Cara atau teknik kerja tergantung pada posisi gigi,
keadaan gigi dan jaringan sekitarnya.
b. Cara
in separasi.
Pada metode ini
kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang impaksi diambil dengan cara membelah-belahnya
(diambil sebagian-sebagian) Dalam keadaan ini kita tidak perlu banyak membuang
tulang bagian distal Molar tiga tersebut dan gigi diambil sepotong-sepotong
dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar.
Perlu diingat, jangan memaksa karena dapat menyebabkan
fraktur tulang rahang atau fraktur Molar dua.
Pada gigi Molar tiga posisi vertikal, biasanya membutuhkan pengambilan
tulang lebih banyak bila kita mengambil secara intoto.
Pada posisi vertikal biasanya gigi dihalangi oleh ramus
asendens mandibula.
Kita perhatikan 2 (dua) hal :
1. Apakah Molar
tiga ini dibiarkan dengan membuang tulang dan diharapkan tumbuh normal.
2. Molar tiga
diambil.
Hal pertama
harus kita perhatikan antagonisnya :
- apakah
antagonisnya ada
- apakah
antagonisnya berada pada posisi yang baik
- apakah
gigi ini dapat sempurna tumbuh mencapai oklusi normal, hal kita lihat jarak
ramus asendens dengan batas distal Molar dua.
Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi Molar
dua tampak tidak cukup walau Molar tiga posisi vertikal, Molar tiga harus
diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya Molar tiga maksila juga diambil.
Pada keadaan dimana tampak kurang sedikit saja maka lebih
lanjut melihat ke regio depan yaitu :
- Apakah gigi
front berjejal. Dalam hal ini kita bekerja sama dengan Bagian Ortodonsia untuk
pertimbangannya.
Misalnya :
Premolar
diambil, sehingga kita mempunyai tempat untuk Molar tiga tersebut juga dilihat
antagonisnya (mesio angular impaksi atau tidak)
- Bila Molar tiga
ini diambil kemungkinan berjejalnya gigi depan dapat tertolong.
Catatan :
Setelah flep kita buka, pertimbangkan jumlah tulang yang akan dibuang.
Bila pada pengambilan intoto, pengambilan tulang akan terlalu banyak maka kita
lakukan dengan teknik in separasi saja.
Bila
tulang terlalu banyak diambil kemungkinan dapat merusak kanalis Mandibularis.
ad.4. Pembersihan
Luka :
Setelah
gigi dikeluarkan maka soket atau ruang bekas gigi harus betul-betul dibersihkan
dari sisa-sisa tulang bekas pemboran atau pemahatan. Folikel harus kita bersihkan atau buang.
Folikel yang masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual.
Sisa enamel organ harus dibersihkan untuk menghindari
terjadinya kista Residual.
Tepi
tulang yang runcing harus kita haluskan dengan bor atau dengan “ bone file “
setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan dengan semprotan air garam
fisiologis 0,9 % supaya pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan
ini dihisap dengan suktor.
Kemudian
alveolus dapat kita isi dengan :
- terragas (
drain )
- white head
varnish
- vasenol
- bubuk sulfa
Ini
tergantung dari kemauan operator.
ad. 5. Perawatan
pasca bedah :
Bila sudah
bersih, flep dikembalikan ke tempatnya dan dijahit.
Pada
pasien diberikan obat-obatan seperti :
- anti biotik
- analgetika
- anti inflamasi
- dapat diberi
tambahan vitamin untuk menaikkan daya tahan tubuh.
Pada pasien
diberi petunjuk tertulis yaitu : pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menerus
menggigit tampon.
Tampon harus
diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah.
Pasien harus
istirahat yang cukup. Tampon steril yang
diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah setengah jam oleh karena
dapat menyebabkan terjadinya infeksi, dan bila perlu diganti jika masih ada
pendarahan maka harus datang kembali ke rumah sakit.
Dan apabila terjadi pendarahan di rumah, maka sebaiknya
pasien tidur dengan kepala agak ditinggikan.
Bila terjadi pendarahan maka dilakukan dengan cara :
- membersihkan
luka
- mencari
penyebab
- pemberian hemostatika.
Pada keesokan harinya pasien dapat berkumur-kumur dengan
obat kumur / air garam hangat, dianjurkan setiap habis makan.
Pasien harus
memakan makanan yang lunak dan bergizi. Pasien kembali kontrol setiap hari
sampai jahitan dibuka, luka dibersihkan dengan air garam fisiologi atau
aquadest kemudian diolesi iodine 1 – 3 % atau gentran. Setelah 5 hari jahitan
dibuka.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pengambilan Molar tiga
mandibula terpendam yaitu :
1. Fraktur rahang
2. Perdarahan,
terlukanya arteri alveolaris inferior
3. Bekerja tidak
bersih, dimana ada jaringan folikel masih tertinggal sehingga
Dapat terjadi kista yang dapat melanjut menjadi tumor.
4. Bekerja tidak bersih sehingga dapat terjadi infeksi yang
dapat melanjut jadi Osteomyelitis
5. Trauma pada gigi Molar dua
Misalnya sewaktu kita mengebor, jaringan periodontal Molar
dua turut rusak walaupun tidak terjadi fraktur Molar dua. Setelah 1 – 3 bulan
kemudian pasien datang kembali dengan gangren dan nekrose Molar dua
6. Terlukanya n.
Alveolaris inferior sehingga menyebabkan parastesi.
GIGI TERPENDAM/ gigi impaksi (bagian 1)
Istilah ini biasanya diartikan untuk gigi yang erupsinya
oleh sesuatu sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan
sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi.
Hambatan halangan ini biasanya berupa :
Hambatan dari sekitar gigi
Hambatan dari gigi itu sendiri
Ad.a. Hambatan dari
sekitar gigi
Dapat
terjadi oleh karena :
1. Tulang yang
tebal serta padat
2. Tempat untuk
gigi tersebut kurang
3. Gigi tetangga
menghalangi erupsi gigi tersebut
4. Adanya gigi
desidui yang persistensi
5. Jaringan lunak
yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat.
Ad.b. Hambatan dari
gigi itu sendiri :
Dapat
terjadi oleh karena :
1. Letak benih
abnormal
- Horizontal
- Vertikal
- Kaudal
- Distal dan lain-lain
2. Daya erupsi
gigi tersebut kurang.
Ada suatu teori yang menyatakan berdasarkan evolusi manusia
dari zaman dahulu sampai sekarang bahwa manusia itu makin lama makin kecil dan
ini menimbulkan teori bahwa rahang itu makin lama makin kecil, sehingga tidak
dapat menerima semua gigi yang ada.
Tetapi teori ini tidak dapat diterima, oleh karena tidak
dapat menerangkan bagaimana halnya bila tempat untuk gigi tersebut cukup,
tetapi gigi tersebut tidak dapat tumbuh secara normal misalnya letak gene
abnormal dan mengapa ada bangsa yang sama sekali tidak mempunyai gigi terpendam
misalnya bangsa Eskimo, bangsa Indian, bangsa Maori dan sebagainya.
Kemudian seorang ahli yang bernama Nodine, mengatakan bahwa
sivilisasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan rahang. Makin maju sesuatu
bangsa maka stimulan untuk pertumbuhan rahangnya makin berkurang. Kemajuan
bangsa mempunyai hubungan dengan pertumbuhan rahang, karena bangsa yang maju
diet makanannya berbeda dalam tingkatan kekerasan dibandingkan dengan bangsa
yang kurang maju. Misalnya bangsa-bangsa primitif lebih sering memakan makanan
yang lebih keras sedangkan bangsa modern lebih sering makan makanan yang
lembek, sehingga tidak atau kurang memerlukan daya untuk mengunyah sedangkan
mengunyah merupakan stimulan untuk pertunbuhan rahang.
ETIOLOGI GIGI TERPENDAM MENURUT BERGER
Kausa Lokal :
1. Posisi gigi yang abnormal
2. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut
5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan gigi yang prematur
7. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa
sekeliling gigi
8. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang
karena
inflamasi atau
abses yang ditimbulkannya.
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem
pada anak-
Anak
Kausa Umur :
Gigi terpendam dapat terjadi juga bila tidak ada kausa lokal
dan dapat disebabkan karena :
Kausa prenatal :
a. Keturunan
b. “
Miscegenation”
Kausa Postnatal :
Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan
pada kanak-kanak seperti :
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Siphilis
kongenital
d. T.B.C
e. Gangguan
kelenjar endokrin
f. Malnutrisi
Kelainan Pertumbuhan :
a. Cleido
cranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Achondroplasia
e. Celah
langit-langit
Cleido Cranial Dysostosis :
Terjadi pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau
ketidak beresan dari pada tulang kranial. Hal ini biasanya diikuti dengan
persistensi gigi susu dan tidak erupsinya atau tidak terdapat gigi permanen,
juga ada kemungkinan dijumpai gigi supernumeri yang rudimenter.
Oxycephali :
Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong diameter muka
belakang sama dengan dua kali kanan atau kiri. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan
rahang.
Progeria :
Merupakan suatu kelainan dimana penderita terlalu cepat tua.
Kelainan ini merupakan suatu bentuk infantilisme yang ditandai dengan :
- Tubuh yang
tetap kecil
- Tidak ada
tanda-tanda kedewasaan seperti bulu ketiak, bulu pubis dan lain sebagainya.
- Kulit
berkerut, rambut putih, muka, kelakuan dan tindakan seperti orang tua.
Achondroplasia :
Suatu penyakit dari kerangka, yang dimulai dari fetus dan
memberi bentuk kerdil, tulang-tulang rawan tidak tumbuh normal.
Celah langit-langit :
Dimana tidak ada perlekatan antara tuber maksilaris dengan
tuber palatinalis, kebanyakan kasus ini penyebabnya herediter.
Semua kausa tersebut diatas erupakan etiologi dari gigi
terpendam yang manapun. Menurut penyelidikan insidens gigi terpendam terdapat
dalam urutan sebagai berikut :
1. Molar tiga
mandibula
2. Molar tiga
maksila
3. Kaninus
maksila
4. Kaninus
mandibula
5. Premolar
mandibula
6. Premolar
maksila
7. Insisivus
pertama maksila
8. Insisivus
kedua maksila
Gigi yang terpendam merupakan sumber potensial yang terus
menerus dapat menimbulkan kerusakan atau keluhan sejak gigi tersebut mulai
erupsi.
- Molar
tiga = 17
- 21 tahun
-
Kaninus = 6
- 15 tahun
-
Premolar = 9
- 12 tahun
-
Insisivus = 4
- 7 tahun
KERUSAKAN ATAU KELUHAN YANG DITIMBULKAN
Inflamasi
Resorpsi gigi tetangga
Kista ( Folikuler )
Rasa sakit – neuralgia
Fraktur (Patah tulang rahang)
dan komplikasi lain
Ad.1. Inflamasi.
Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya
menjadi abses dento-Alveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan
tubuh lemah dan tidak mendapat perawatan dapat berlanjut menjadi osteomyelitis.
Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan soket gigi atau
folikel gigi dengan rongga mulut.
Ad.2. Resorpsi gigi
tetangga.
Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah
oklusal gigi tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari
gigi tetangga maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut.
Misalnya gigi terpendam Molar tiga dapat menekan Molar dua,
Kaninus dapat menekan insisivus dua dan Premolar. Premolar dua dapat menekan
Premolar satu.
Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut dapat
berubah arah atau posisi.
Ad.3. Kista.
Suatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk merangsang
pembentukan kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi.
Benih gigi tersebut mengalami rintangan sehingga
pembentukannya terganggu Menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan premordial
kista dan folikular kista.
Ad.4. Rasa Sakit.
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf
atau menekan gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga
lain di dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit.
Rasa sakit dapat timbul karena :
a. Periodontitis
pada gigi yang mengalami trauma kronis.
b. Gigi tependam
langsung menekan n.alveolaris inferior pada kanalis mandibularis.
c. Resorpsi gigi
tetangga sampai mengenai kanalis radisis, sehingga gigi mengalami pulpitis.
Ad.5. F r a k t u r.
Fraktur dari tulang rahang sebetulnya akibat gigi terpendam
dapat timbul oleh karena terjadi kista yang besar pada rahang tersebut sehingga
dapat terjadi fraktur patologis. Gigi terpendam dapat menimbulkan abses yang
bila tidak dirawat dapat terjadi fraktur patologis akibat dari Osteomyelitis.
Ad.6.
Komplikasi-komplikasi lain.
Gigi
terpendam merupakan benda yang letaknya abnormal di dalam tulang rahang dan merupakan sumber potensial
untuk terjadinya bermacam kompli-
kasi, walaupun jarang dapat menyebabkan :
a. Tinnitus
aurium (kuping mendengung)
b. Otitis
c. Kelainan pada
mata seperti :
- Kabur
-
Kebutaan
-
Iritis
-
Sakit menelan seperti pada glaukoma
Melihat komplikasi yang dapat ditimbulkannya, maka dapat
disimpulkan bahwa gigi terpendam ini harus diambil dan sebaiknya diambil sedini
mungkin. Tetapi ada pendapat lain bahwa gigi terpendam ini tidak usah diambil
bila prognosanya baik atau bila tidak menimbulkan keluhan. Sebagian kecil
daripada para ahli menganut pendapat terakhir ini.
INDIKASI PENGAMBILAN GIGI TERPENDAM ( ODONTEKTOMI ) :
Yaitu bila :
1. Menimbulkan
gejala neuralgia disebabkan tekanan gigi pada syaraf.
2. Pembentukan
kista.
3. Ada gejala
inflamasi
4. Mengalami
karies
5. Ada gejala
akan menimbulkan karies pada gigi tetangga.
Prinsip perawatan adalah membuat trauma sekecil mungkin,
yaitu :
a. Kerja dengan
teknik yang teratur.
b. Operasi atau
pengambilan harus dilakukan dengan penglihatan langsung
c. Membuat
rencana yang lengkap sehingga pengeluaran tenaga sekecil mungkin.
d. Gigi tetangga
dan struktur periodontium harus tetap dalam keadaan utuh.
Pemeriksaan klinis :
Banyak
penderita dengan gigi terpendam, tidak mempunyai keluhan dan kadang-kadang
tidak tahu bahwa ada kelainan pada gigi geliginya.
Keluhan biasanya berupa :
1. Perikoronitis dengan gejala-gejala :
- rasa sakit di
regio tersebut
- pembengkakan
- mulut bau ( foeter exore )
- pembesaran
limfe-node sub-mandibular.
2. Karies pada gigi tersebut :
Dengan gejala :
pulpitis, abses alveolar yang akut.
Hal yang sama
dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.
3. Pada penderita yang tidak bergigi.
Rasa sakit ini
dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadi perikoronitis.
4. Kadang-kadang dapat terjadi parastesi, neuralgia pada
bibir bawah, ini mungkin disebabkan
tekanan pada n.mandibularis.
Tekanan pada n.mandibularis dapat juga menyebabkan rasa
sakit pada Premolar dan Kaninus.
Pemeriksaan ekstra oral :
Kita perhatikan :
1. Apakah ada pembengkakan.
2.
Apakah ada pembesaran limfenode yang kadang-kadang tidak terasa sakit.
3. Adanya parastesi.
Pemeriksaan intra oral :
Kita perhatikan : - keadaan gigi, erupsi atau tidak
- Karies atau tidak, adanya perikoronitis.
- Posisi gigi tetangga, hubungan
dengan gigi tetangga, ruang antara
gigi dengan
ramus ( pada molar tiga mandibula ).
Pemeriksaan Ro – foto : - dental foto ( intra oral )
-
obligue
-
occlusal foto / bite-wing
Langganan:
Postingan (Atom)