Istilah ini biasanya diartikan untuk gigi yang erupsinya
oleh sesuatu sebab terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan
sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi.
Hambatan halangan ini biasanya berupa :
Hambatan dari sekitar gigi
Hambatan dari gigi itu sendiri
Ad.a. Hambatan dari
sekitar gigi
Dapat
terjadi oleh karena :
1. Tulang yang
tebal serta padat
2. Tempat untuk
gigi tersebut kurang
3. Gigi tetangga
menghalangi erupsi gigi tersebut
4. Adanya gigi
desidui yang persistensi
5. Jaringan lunak
yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat.
Ad.b. Hambatan dari
gigi itu sendiri :
Dapat
terjadi oleh karena :
1. Letak benih
abnormal
- Horizontal
- Vertikal
- Kaudal
- Distal dan lain-lain
2. Daya erupsi
gigi tersebut kurang.
Ada suatu teori yang menyatakan berdasarkan evolusi manusia
dari zaman dahulu sampai sekarang bahwa manusia itu makin lama makin kecil dan
ini menimbulkan teori bahwa rahang itu makin lama makin kecil, sehingga tidak
dapat menerima semua gigi yang ada.
Tetapi teori ini tidak dapat diterima, oleh karena tidak
dapat menerangkan bagaimana halnya bila tempat untuk gigi tersebut cukup,
tetapi gigi tersebut tidak dapat tumbuh secara normal misalnya letak gene
abnormal dan mengapa ada bangsa yang sama sekali tidak mempunyai gigi terpendam
misalnya bangsa Eskimo, bangsa Indian, bangsa Maori dan sebagainya.
Kemudian seorang ahli yang bernama Nodine, mengatakan bahwa
sivilisasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan rahang. Makin maju sesuatu
bangsa maka stimulan untuk pertumbuhan rahangnya makin berkurang. Kemajuan
bangsa mempunyai hubungan dengan pertumbuhan rahang, karena bangsa yang maju
diet makanannya berbeda dalam tingkatan kekerasan dibandingkan dengan bangsa
yang kurang maju. Misalnya bangsa-bangsa primitif lebih sering memakan makanan
yang lebih keras sedangkan bangsa modern lebih sering makan makanan yang
lembek, sehingga tidak atau kurang memerlukan daya untuk mengunyah sedangkan
mengunyah merupakan stimulan untuk pertunbuhan rahang.
ETIOLOGI GIGI TERPENDAM MENURUT BERGER
Kausa Lokal :
1. Posisi gigi yang abnormal
2. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut
5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan gigi yang prematur
7. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa
sekeliling gigi
8. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang
karena
inflamasi atau
abses yang ditimbulkannya.
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem
pada anak-
Anak
Kausa Umur :
Gigi terpendam dapat terjadi juga bila tidak ada kausa lokal
dan dapat disebabkan karena :
Kausa prenatal :
a. Keturunan
b. “
Miscegenation”
Kausa Postnatal :
Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan
pada kanak-kanak seperti :
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Siphilis
kongenital
d. T.B.C
e. Gangguan
kelenjar endokrin
f. Malnutrisi
Kelainan Pertumbuhan :
a. Cleido
cranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Achondroplasia
e. Celah
langit-langit
Cleido Cranial Dysostosis :
Terjadi pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau
ketidak beresan dari pada tulang kranial. Hal ini biasanya diikuti dengan
persistensi gigi susu dan tidak erupsinya atau tidak terdapat gigi permanen,
juga ada kemungkinan dijumpai gigi supernumeri yang rudimenter.
Oxycephali :
Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong diameter muka
belakang sama dengan dua kali kanan atau kiri. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan
rahang.
Progeria :
Merupakan suatu kelainan dimana penderita terlalu cepat tua.
Kelainan ini merupakan suatu bentuk infantilisme yang ditandai dengan :
- Tubuh yang
tetap kecil
- Tidak ada
tanda-tanda kedewasaan seperti bulu ketiak, bulu pubis dan lain sebagainya.
- Kulit
berkerut, rambut putih, muka, kelakuan dan tindakan seperti orang tua.
Achondroplasia :
Suatu penyakit dari kerangka, yang dimulai dari fetus dan
memberi bentuk kerdil, tulang-tulang rawan tidak tumbuh normal.
Celah langit-langit :
Dimana tidak ada perlekatan antara tuber maksilaris dengan
tuber palatinalis, kebanyakan kasus ini penyebabnya herediter.
Semua kausa tersebut diatas erupakan etiologi dari gigi
terpendam yang manapun. Menurut penyelidikan insidens gigi terpendam terdapat
dalam urutan sebagai berikut :
1. Molar tiga
mandibula
2. Molar tiga
maksila
3. Kaninus
maksila
4. Kaninus
mandibula
5. Premolar
mandibula
6. Premolar
maksila
7. Insisivus
pertama maksila
8. Insisivus
kedua maksila
Gigi yang terpendam merupakan sumber potensial yang terus
menerus dapat menimbulkan kerusakan atau keluhan sejak gigi tersebut mulai
erupsi.
- Molar
tiga = 17
- 21 tahun
-
Kaninus = 6
- 15 tahun
-
Premolar = 9
- 12 tahun
-
Insisivus = 4
- 7 tahun
KERUSAKAN ATAU KELUHAN YANG DITIMBULKAN
Inflamasi
Resorpsi gigi tetangga
Kista ( Folikuler )
Rasa sakit – neuralgia
Fraktur (Patah tulang rahang)
dan komplikasi lain
Ad.1. Inflamasi.
Inflamasi merupakan suatu perikoronitis yang lanjutannya
menjadi abses dento-Alveolar akut-kronis, ulkus sub-mukus yang apabila keadaan
tubuh lemah dan tidak mendapat perawatan dapat berlanjut menjadi osteomyelitis.
Biasanya gejala-gejala ini timbul bila sudah ada hubungan soket gigi atau
folikel gigi dengan rongga mulut.
Ad.2. Resorpsi gigi
tetangga.
Setiap gigi yang sedang erupsi mempunyai daya tumbuh ke arah
oklusal gigi tersebut. Jika pada stadium erupsi, gigi mendapat rintangan dari
gigi tetangga maka gigi mempunyai daya untuk melawan rintangan tersebut.
Misalnya gigi terpendam Molar tiga dapat menekan Molar dua,
Kaninus dapat menekan insisivus dua dan Premolar. Premolar dua dapat menekan
Premolar satu.
Disamping mengalami resorpsi, gigi tetangga tersebut dapat
berubah arah atau posisi.
Ad.3. Kista.
Suatu gigi yang terpendam mempunyai daya untuk merangsang
pembentukan kista atau bentuk patologi terutama pada masa pembentukan gigi.
Benih gigi tersebut mengalami rintangan sehingga
pembentukannya terganggu Menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan premordial
kista dan folikular kista.
Ad.4. Rasa Sakit.
Rasa sakit dapat timbul bila gigi terpendam menekan syaraf
atau menekan gigi tetangga dan tekanan tersebut dilanjutkan ke gigi tetangga
lain di dalam deretan gigi, dan ini dapat menimbulkan rasa sakit.
Rasa sakit dapat timbul karena :
a. Periodontitis
pada gigi yang mengalami trauma kronis.
b. Gigi tependam
langsung menekan n.alveolaris inferior pada kanalis mandibularis.
c. Resorpsi gigi
tetangga sampai mengenai kanalis radisis, sehingga gigi mengalami pulpitis.
Ad.5. F r a k t u r.
Fraktur dari tulang rahang sebetulnya akibat gigi terpendam
dapat timbul oleh karena terjadi kista yang besar pada rahang tersebut sehingga
dapat terjadi fraktur patologis. Gigi terpendam dapat menimbulkan abses yang
bila tidak dirawat dapat terjadi fraktur patologis akibat dari Osteomyelitis.
Ad.6.
Komplikasi-komplikasi lain.
Gigi
terpendam merupakan benda yang letaknya abnormal di dalam tulang rahang dan merupakan sumber potensial
untuk terjadinya bermacam kompli-
kasi, walaupun jarang dapat menyebabkan :
a. Tinnitus
aurium (kuping mendengung)
b. Otitis
c. Kelainan pada
mata seperti :
- Kabur
-
Kebutaan
-
Iritis
-
Sakit menelan seperti pada glaukoma
Melihat komplikasi yang dapat ditimbulkannya, maka dapat
disimpulkan bahwa gigi terpendam ini harus diambil dan sebaiknya diambil sedini
mungkin. Tetapi ada pendapat lain bahwa gigi terpendam ini tidak usah diambil
bila prognosanya baik atau bila tidak menimbulkan keluhan. Sebagian kecil
daripada para ahli menganut pendapat terakhir ini.
INDIKASI PENGAMBILAN GIGI TERPENDAM ( ODONTEKTOMI ) :
Yaitu bila :
1. Menimbulkan
gejala neuralgia disebabkan tekanan gigi pada syaraf.
2. Pembentukan
kista.
3. Ada gejala
inflamasi
4. Mengalami
karies
5. Ada gejala
akan menimbulkan karies pada gigi tetangga.
Prinsip perawatan adalah membuat trauma sekecil mungkin,
yaitu :
a. Kerja dengan
teknik yang teratur.
b. Operasi atau
pengambilan harus dilakukan dengan penglihatan langsung
c. Membuat
rencana yang lengkap sehingga pengeluaran tenaga sekecil mungkin.
d. Gigi tetangga
dan struktur periodontium harus tetap dalam keadaan utuh.
Pemeriksaan klinis :
Banyak
penderita dengan gigi terpendam, tidak mempunyai keluhan dan kadang-kadang
tidak tahu bahwa ada kelainan pada gigi geliginya.
Keluhan biasanya berupa :
1. Perikoronitis dengan gejala-gejala :
- rasa sakit di
regio tersebut
- pembengkakan
- mulut bau ( foeter exore )
- pembesaran
limfe-node sub-mandibular.
2. Karies pada gigi tersebut :
Dengan gejala :
pulpitis, abses alveolar yang akut.
Hal yang sama
dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.
3. Pada penderita yang tidak bergigi.
Rasa sakit ini
dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadi perikoronitis.
4. Kadang-kadang dapat terjadi parastesi, neuralgia pada
bibir bawah, ini mungkin disebabkan
tekanan pada n.mandibularis.
Tekanan pada n.mandibularis dapat juga menyebabkan rasa
sakit pada Premolar dan Kaninus.
Pemeriksaan ekstra oral :
Kita perhatikan :
1. Apakah ada pembengkakan.
2.
Apakah ada pembesaran limfenode yang kadang-kadang tidak terasa sakit.
3. Adanya parastesi.
Pemeriksaan intra oral :
Kita perhatikan : - keadaan gigi, erupsi atau tidak
- Karies atau tidak, adanya perikoronitis.
- Posisi gigi tetangga, hubungan
dengan gigi tetangga, ruang antara
gigi dengan
ramus ( pada molar tiga mandibula ).
Pemeriksaan Ro – foto : - dental foto ( intra oral )
-
obligue
-
occlusal foto / bite-wing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar