Jumat, 17 Juli 2015

GIGI TERPENDAM/ gigi impaksi (bagian 3)

MOLAR TIGA MAKSILA TERPENDAM.

Gigi ini seperti halnya dengan Molar tiga mandibularis, dapat juga mengalami impaksi.
Kita dapat membagi keadaan impaksi ini atas 3 bagian yaitu :

I.         Hubungan atau relasi dalamnya gigi terpendam dalam tulang.
         
Klas a : Bahagian terendah korona Molar tiga berada satu garis dengan dataran Oklusal Molar dua.

Klas b : Bahagian paling bawah korona Molar tiga berada diantara dataran Oklusal dan garis servikal Molar dua.

Klas c : Bahagian paling bawah korona Molar tiga berada di atas garis servikal Molar dua

II         Berdasarkan posisi yaitu perbandingan posisi aksis Molar tiga dengan aksis
            Molar dua ini dapat berupa :
      - Vertikal
      - Horizontal
      - Distoanguler
      - Mesio angular
      - Buko anguler
      - Palato anguler

      Mesio anguler yaitu korona menghadap ke mesial.
      Buko anguler yaitu korona menghadap ke bukal dan sebagainya.

III.       Hubungan dengan sinus Maksilaris.
      Yaitu : dekat atau jauhnya dari sinus maksilaris.
      SA       : artinya sinus Aproksimasi
      NSA    : artinya No. Sinus Aproksimasi

      Hal ini biasanya terjadi pada klas b dan klas c.
      Misalnya klas c :
      - vertikal SA maksudnya :
        - letak dalam
        - posisi vertikal
        - dekat sinus maksilaris
Gejala klinis Molar tiga terpendam ini adalah :

1. Menyebabkan tekanan pada Molar dua
2. Menimbulkan karies pada Molar dua
3. Menimbulkan kista pada Molar tiga
4. Menimbulkan sinusitis

Teknik pengambilan Molar tiga maksila

Banyak persamaan dengan Molar tiga mandibula, tetapi ada perbedaan yang penting pada pengambilan Molar tiga maksila ini, yaitu adanya faktor yang mempermudah dan faktor yang mempersulit pekerjaan dibandingkan dengan pengambilan Molar tiga Mandibula

Faktor yang mempermudah pekerjaan serta keuntungan.

1. Gigi Molar tiga maksila biasanya tidak begitu menyimpang dari posisi normal.

2. Tulang disekitar gigi tidak begitu padat, sehingga menyebabkan kemungkinan gigi tersebut lebih mudah dikeluarkan. Dengan pembuangan tulang yang sedikit saja atau tanpa pembuangan tulang, kita sudah dapat mencongkel gigi tersebut dan lebih mudah penyembuhannya, karena aliran darahnya baik.

3.  Bentuk anatomis tulang rahang atas memungkinkan gigi digerakkan ke arah       distal tuber maksila lebih fleksibel.

4.  Penyembuhan luka lebih cepat karena :
           - Suplai darah di daerah tersebut baik
           - Drainase daerah tersebut baik.

          
Faktor yang mempersulit pekerjaan serta kerugian.

1. gigi sukar dicapai.
    Orientasi yang sukar itu mengharuskan kita menggunakan kaca mulut.
2. pengambilan Ro – foto sukar dilakukan
3. letaknya dekat sinus maksilaris, sehingga bila kurang cermat pengambilannya,    dapat menyebabkan perforasi sinus maksilaris.

Mengingat hal-hal tersebut maka kita harus mengambil langkah – langkah sebagai berikut:

1. palpasi jaringan lunak dan jaringan keras. Bagaimana keadaan gigi tetangganya,
    kita lakukan hal ini bersama – sama dengan melihat Ro – foto.
2. kita pelajari benar – benar dari Ro – foto gigi yang akan dicabut  
     - keadaan gigi tetangga
     - keadaan jaringan sekitarnya, misalnya keadaan tulang maksila.
     - dekat tidaknya ke sinus maksilaris
     - klasifikasi gigi terpendam
Anestesi yang dipakai :
Pleksus anestesi dan sub mukus infiltrasi anestesi. Sesuai dengan Molar tiga mandibula maka cara pekerjaan pengambilan Molar tiga sebagai berikut :

1. Pembukaan flep
 
    Insisi di bagian oklusal tuber maksilaris yang berjalan ke anterior kemudian     melanjut ke bagian bukal....lar dua dan dilanjutkan denagn insisi vertikal ke anterior di sebelah bukal Molar satu. Setelah insisi selesai buka muko perios flep dan kemudian flep dipegang denagn pinset chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka dipergunakan kaca mulut karena sukar dilihat langsung, disamping itu penerangan harus cukup baik.


2. Pengambilan Tulang
  
    Pengambilan tulang tidak begitu sukar oleh karena itu tuberositas maksila lebih     poreus daripada tulang mandibula. Dengan memakai pahat dan tokokan  minimal saja sudah putus atau dengan memakai bor juga lebih mudah  membuangnya.
    Pada pembuangan tulang harus diperhatikan betul, jangan sampai bagian gigi atau tulang tertolak masuk ke dalam  sinus maksilaris. Tulang yang dibuang adalah bagian bukal, oklusal, distal. Yang tidak boleh dibuang adalah bagian  palatinal.


3. Pengeluaran gigi

   Setelah gigi terpendam bebas dari tulang sekitarnya, kita harus membuat  ruangan yang cukup bagi bein atau elevator supaya dapat masuk diantara gigi dan tulang alveolus agar dapat menolak gigi ke arah oklusal.

   Pada waktu mengeluarkan gigi, harus hati – hati jangan sampai gigi terlepas masuk ke dalam kerongkongan, karena dapat mengganggu / menyumbat  seluruh pernapasan.
   Dengan anestesi umum, lebih, mudah, karena kerongkongan sudah ditutup  dengan kasa.

4. Pembersihan luka
 
   Setelah gigi keluar, maka dilakukan penghalusan tulang alveolus yang tajam,     pembersihan soket dan sebagainya seperti pada pengambilan Molar tiga mandibula.

5. Penutupan luka

    Flep dikembalikan dan dijahit.
    Luka diberi tampon dan sebagainya, lihat Molar tiga Mandibula.

   Faktor –faktor yang dapat menimbulkan komplikasi pada pengambilan gigi Molar tiga maksilaris terpendam.

Letaknya dekat dengan sinus maksilaris.
Molar tiga terpendam ini letaknya dibawah atau dekat sekali dengan akar Molar dua
Kurvature akar tidak normal/ akar bengkok
Adanya hipersementosa
Dekatnya Molar tiga terpendam dengan prosesus zygomatikus
Penebalan tulang yang luar biasa dan hal ini biasanya pada pasien yang sudah tua ( tulang tidak elastis lagi ).
Daerah operasi yang sukar dicapai, yaitu karena otot pipi tebal.

 KANINUS TERPENDAM

            Pengambilan kaninus terpendam lebih sukar dan memerlukan kemahiran lebih banyak dari pada Molar tiga terpendam terlebih – lebih Kaninus yang terpendam dengan posisi horizontal dan palatinal sehingga sangat mendekati sinus maksilaris.
Di samping faktor etiologi yang berlaku untuk gigi terpendam pada umumnya pada gigi kaninus terpendam ada lagi faktor – faktor khusus sebagai berikut :

1. Tulang palatum durum lebih besar resistensinya daripada prosesus alveolaris dimana pada tahap erupsi terletak di bagian palatinal.

2. Jaringan mukoperios yang menutupi bagian anterior dari pada palatum, karena lebih sering mendapat tekanan kronis akibat pengunyahan menjadi tebal, padat dan lebih erat melekat pada tulang dibandingkan dengan jaringan lain sehingga daya resistensi untuk ditembus lebih sukar daripada gigi lain.

3. Sebagaimana diketahui bahwa daya erupsi gigi juga dipengaruhi oleh pembentukan     akar. Pada kaninus daya erupsinya menjadi berkurang pada waktu hampir mencapai oklusa dari prosesus alveolaris dibandingkan dengan gigi lain, sebab  biasanya pada erupsi akar ggi kaninus sudah lebih sempurna terbentuk daripada gigi yang lain, sehingga kemungkinan terpendamnya kaninus lebih besar dari gigi lain.

4. Benih gigi Kaninus mempunyai jarak terjauh di dalam tulang alveolar sebelum mencapai oklusal. Hal ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya impaksi atau malposisi, karena semakin dekat jarak benih pada permukaan oklusal prosesus alveolaris, makin tipis kemungkinan gigi untuk impaksi atau malposisi.

5. Semasa pembentukan gigi, korona kaninus permanen terletak tepat disebelah palatinal dari apeks akar gigi kaninus decidui. Hal ini akan mempengaruhi benih dari Kaninus permanen ini, dimana persistensi gigi kaninus desidui dapat menimbulkan deviasi dari posisi dan arah pada benih Kaninus permanen.

6. Hal lain seperti :
    a. Resorpsi yang terlambat dari gigi Kaninus desidui.
    b. Kaninus permanen adalah gigi yang terakhir tumbuh pada stadium gigi bercampur sehingga banyak hal yang kurang menguntungkan.
    c. Kaninus permanen tumbuh diantara gigi permanennya yang sudah beroklusi baik, sehingga ia harus berebut tempat dengan Molar dua permanen yang pada waktu itu juga sedang erupsi.
    d. Kaninus permanen diameternya jauh lebih besar dari pada diameter Kaninus desidui sehingga membutuhkan tempat yang lebih banyak.

Hal – hal tersebut di atas menyebabkan Kaninus adalah urutan ketiga terbanyak mengalami impaksi atau malposisi.

Menurut Rohrer :

Kemungkinan impaksi Kaninus maksila 20 kali lebih banyak terletak di palatinal dari pada di bukal, frequensi lebih banyak dijumpai pada wanita dari pada pria. Dalam hal ini mungkin karena tulang di sekitar kaninus pria lebih padat dari pada wanita. Di mandibula frequensi di sebelah labial lebih besar dari pada di sebelah lingual, karena benih terletak di labial.

KANINUS MAKSILA TERPENDAM

Menurut klasifikasi :
Acher dalam bukunya membuat klasifikasi sebagai berikut :

Klas I : gigi berada di palatum dapat dengan posisi :
            a. horizontal
            b. vertikal
            c. semi vertikal

Klas II : gigi berada di bukal, dapat dengan posisi :
             a. horizontal
             b. vertikal
             c. semi vertikal

Klas III : gigi dengan posisi yang melintang (inter – mediete position), korona di palatinal akarnya melalui atau berada diantara akar gigi – gigi tetangga dan apeks berada di sebelah labial atau bukal dimaksila atau sebaliknya.

Klas IV : gigi berada vertikal di prosesus alveolaris di antara gigi insisivus dan  premolar.

Klas V : Impaksi Kaninus berada pada edentolus ( rahang yang ompong ).
              

Indikasi pengambilan

Apabila menimbulkan gejala – gejala yang tidak diinginkan, jadi sama halnya dengan pengambilan gigi impaksi lainnya.

Kontra Indikasi

- Apabila gigi Kaninus tersebut masih dapat dirawat dan dapat diimbangi ke oklusi normal pengambilan sebaiknya setelah semua gigi permanen tumbuh (bukan pada  gigi bercampur).

Perawatan :            

Buat rencana kerja yaitu :
a. Ro - foto
    Untuk ini kita pelajari :
-          klasifikasinya
-          hubungannya dengan sinus maksilaris
-          relasinya dengan gigi tetangga
-          kurvatura akar

b. Tentukan klasifikasi untuk menentukan rencana kerja
c. Tentukan tipe flep yang akan dibuat.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan komplikasi :

a. Dekatnya korona atau akar gigi tersebut dengan gigi tetangga seperti gigi premolar satu dan insisivus satu sehingga dapat merusak gigi tersebut karena trauma.

b. Dekat gigi tersebut dengan sinus maksilaris yang dapat menimbulkan perforasi sinus maksilaris atau komplikasi selanjutnya.

c. Sering akar kaninus bengkok atau hipersementose dan ini sulit kelihatan pada Ro-foto.

Pengambilannya :
Klas I  impakasi :  dari palatinal karena kedudukannya dekat ke palatinal

Klas II impakasi : diambil dari labial atau bukal

Klas IIIimpakasi : diambil dari arah korona atau oklusal

Misalnya :
Korona sebelah labial diambil dari sebelah labial. Jika dapat diambil dari satu sisi saja tapi jika tidak berhasil maka dilakukan pembukaan flep dari sebelah palatinal.

Teknik pengambilan dari palatinal :

1. Pembuatan flep dari palatum.
   Insisi dapat kita lakukan dari pelekatan gingiva sepanjang gigi front sampai ke regio Premolar dua. Pada insisi ini ada beberapa operator yang memperhatikan foramen insisivum (tempat keluarnya n. Palatinalis) tetapi ada juga operator yang tidak memperhatikannya. Kemudian flep ini dilepaskan dengan raspatorium, terlihat tulang palatum dan kadang-kadang gigi sudah tampak ( kelihatan ).

2. Tulang yang mengelilingi sekitar mahkota gigi diambil dengan bor atau chisel juga tulang-tulang yang menghalangi diambil. Gigi kita jepit dengan tang sisa akar kemudian dikeluarkan.
3. Bersihkan luka dan jahit dengan interupted suture pada posisi semula.
4. Beri tampon.
  
Untuk menahan tampon pada luka maka dibuat :
     a. Protesa ( base plate )
     b. Dapat juga kita buat dari “ Self curing acrilic “ yang ditahan dengan wiring yangdiikatkan pada gigi premolar kanan dan kiri, hal ini juga untuk menjaga kebersihan luka operasi dan agar lebih cepat sembuh.

5.  Perawatan pasca bedah
  
     Beri obat-obatan analgetik, anti inflamasi dan vitamin.
     Setelah 2 hari pasien dikontrol dilakukan pembersihan luka dan aplikasi gentian
     Violet 1 – 2 %.
      Setelah 5 – 7 hari jahitan dapat dibuka.





Teknik  pengambilan dari labial.

            Pada pembukaan flep, sudah dapat dilihat sebahagian korona sehingga dengan membuang tulang sedikit, korona kelihatan seluruhnya dan dengan gerakan sedikit gigi sudah dapat keluar. Yang sukar adalah apabila letak gigi itu diantara dua akar yaitu akar gigi insisivus dua dan akar gigi Premolar satu.
Disini kita harus hati-hati bekerja, karena kita tidak boleh merusak jaringan periodentum gigi tetangga.
Jadi sedapat mungkin kita hanya sedikit membuang tulang dan sebaiknya jangan membuang tulang aproksimal gigi tetangga.
Disini sulit dilakukan pengambilan gigi dengan cara intoto.

Keterangan gambar : Pengambilan Kaninus dari labial
1. Pembukaan flep
2. Pengambilan tulang
3. Pengambilan gigi dengan elevator
4. Bila gigi tidak dapat keluar, maka gigi diseparasi, korona dipisah dari radiks dan diambil.
5. Pengambilan gigi sebagian-sebagian.
    Selanjutnya luka dibersihkan dan flep dikembalikan lalu dijahit.


Teknik pengambilan gigi Kaninus dengan posisi intermediate.

Contoh : Korona sebelah bukal dan akar sebelah palatinal.

Bila korona sebelah bukal seperti contoh di atas, kita condong mengambilnya dari sebelah bukal, tetapi bila korona terletak di sebelah palatinal, kita condong mengambilnya dari palatinal.
Dalam keadaan ekstrim, dimana akar bengkok dan korona di sebelah bukal, maka kita ambil dari dua arah kita lakukan apabila kita telah membuka tulang, karena kadang-kadang dari sebelah bukal akar dapat diambil, kecuali bila akar bengkok atau hipersementose.
Dapat juga kita ambil secara separasi, akar dapat kita bebaskan, bila ujung dari akar tidak terlalu bengkok ( ini semua diketahui waktu operasi,jadi tidak ada rencana sebelumnya ).

KANINUS MANDIBULA TERPENDAM.

            Kaninus mandibula terpendam biasanya diambil dari sebelah labial karena letaknya lebih banyak ke labial dan jarang atau hampir tidak pernah dari sebelah lingual.
Dalam membuat flep dapat berbentuk :

- segitiga ( sering dibuat )
- trapesium ( jarang dibuat karena kita takut mengenai ujung n. Alveolaris inferior yakni n. mentalis ).

Pada pembuangan tulang kita harus hati-hati, jangan sampai mengenai foramen mentalis. Bila gigi lebih ke distal pada pembuangan kita harus membebaskan foramen mentalis. Pada pembuangan tulang ini, kita lihat arteri dan nervus dari foramen mentalis dan ini kita ikuti.
Kita bebaskan tulang bahagian bukal, setelah tulang bahagian bukal bebas maka nervus bersama arteri kita keluarkan ( hanya dikeluarkan saja ) dari canalis mandibularis.
Dengan demikian pada pengambilan gigi kita tidak takut mengenai nervus dan arteri. Kemudian kita membuang tulang di sekitar gigi tersebut.
 Pada keadaan yang ekstrim misalnya impaksi kaninus mandibula dengan adanya kista, bila dalam hal ini sewaktu pengambilannya kita takut terjadi fraktur rahang, maka untuk ini gigi geligi kita fiksasi terlebih dahulu, lalu kita ambil gigi impaksi bersama kista.
Maksud difiksasi kalau terjadi fraktur rahang gigi geligi telah terfiksir.
Bila letak gigi impaksi kaninus dekat basis mandibula, maka kita mengambilnya dari ekstra oral dengan insisi pada basis mandibula.

PREMOLAR TERPENDAM.

            Impaksi Premolar sering terjadi karena pencabutan prematur dari gigi molar desidui. Dibanding gigi Premolar satu lebih sering terjadi pada gigi Premolar dua oleh karena Premolar dua lebih lama erupsinya.

PREMOLAR MANDIBULA TERPENDAM.

            Impaksi pada Premolar mandibula lebih sering mengarah ke lingual dari pada ke bukal, sedangkan pada maksila lebih sering ke palatinal daripada ke bukal.
Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika korona belum nampak di rongga mulut dan gigi terletak di arkus dentalis maka pengambilan gigi diambil dari bukal.
Dalam memilih cara inseparasi atau cara intoto kita lihat tebal atau tidaknya tulang sebelah bukal yang menutupi gigi.

            Jika tulang sebelah bukal tebal, kita ambil secara inseparasi dan harus hati-hati sebab antara Premolar satu dan Premolar dua ada foramen mentalis.
Apabila letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita mengambilnya dari sebelah lingual ( bentuk flep segitiga, ahti-hati jangan sampai mengenai arterie lingualis ).
            Dari sebelah lingual tulang tidak perlu terlalu banyak diambil, sebab biasanya gigi terletak di bawah mukosa.

PREMOLAR MAKSILA TERPENDAM
            Pengamnbilannya sesuai dengan gigi kanisus (bila letak gigi di sebelah platina1, diambil dari platinal) dan sebagainya.

SUPERNUMERARY TEETH (gigi berlebih)
            Sering terjadi pada regio insisivus-bentuk rudimen terkecil dan konus dengan akar yang kecil.
Bentuk peg-shaped :
Kebanyakan pada bagian palatinal diantara gigi-gigi insisivus yaitu :
-          Antara Insisivus satu dengan Insisivus satu disebut mesiodens.
-          Antara Insisivus satu dengan Insisivus dua disebut laterodens.

Dapat dijumpai :
-          sendiri (single)
-          berganda (multiple)
Dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan gigi permanen dan menybabkan diastema (baik sentralis ataupun lateralis). Kadang-kadang dapat tumbuh bersatu dengan Premolar atau Molar. Kadang-kadang kita jumpai Molar ke empat yang rudimenter dan ini disebut disto Molar.
Bila gigi berlebih ini sudah nampak , maka pengambilannya tak sukar
( seperti pencabutan gigi saja ).
Yang sukar adalah bila letaknya di dalam tulang seluruhnya. Bila tidak mengganggu gigi lain maka dapat kita biarkan, biasanya tidak menyebabkan rasa sakit dan dapat tumbuh di palatinal.
            Keluhan yang dapat ditimbulkannya adalah maloklusi  (hasil konsultasi dengan bagian orto) dan karies.
Pengambilan biasanya dari palatinal, bila terletak di palatinal dan diambil dari bukal bila terletak di bukal.
Bila mesio dens itu terletak dekat foramen insivum, n. insisivum dapat rusak dan akan terjadi pati rasa di palatum (ini harus diberi tahu terlebih dahulu pada pasien).
            Kadang-kadang timbul kesukaran pada posisi “ intermediate “, maka kita dapat mengambilnya dari labial dan harus hati-hati jangan sampai merusak akar gigi Insisivus.

Indikasi untuk pengambilan gigi berlebih.

            Pada anak-anak umur 7 – 8 tahun, gigi front tumbuh jarang (diastema) dan biasanya dapat berkonsultasi dahulu dengan ortodontist.
            Pengambilan mesio dens ini sebaiknya ditunggu sampai gigi insisivus telah sempurna pertumbuhannya karena dapat mengganggu pertumbuhan gigi tersebut.

 
KOMPLIKASI-KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI PADA PENGAMBILAN GIGI TERPENDAM DI RAHANG ATAS.

1. Terbukanya jahitan
2. Parastesi
3. Rasa sakit adalah hal yang normal bila rasa sakit itu berlangsung +  3 hari
Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka dikhawatirkan terjadi “ Dry socket “.
4. Pembengkakan
5. Parastesi regio yang diinervasi nervus (nervus terpotong parastesi berlangsung lama ).
6. Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat retraksi mulut.
7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu jahitan terbuka dan terjadi inflamasi     sekitarnya.
8. Fraktur pada prosesus alveolaris.
9. Molar dua yang terkena trauma sehingga dapat menjadi :
    - gangren
    - nekrose
    - goyang
10. Osteomyelitis
11. Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas
12. Masuknya gigi terpendam ke dalam sinus maksilaris
13. Pada pengmbilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua atau Premolar satu.

      Motto : bekerja atraumatis
                   Bekerja asepsis.


IMPAKSI JARINGAN LUNAK ( SOFT TISSUE IMPACTION )

            Gigi yang impaksi itu berada di bawah jaringan lunak ( mukosa ).

Kausa : Oleh karena jaringan lunak yang meliputi prosesus alveolaris dimana gigi tersebut berada tebal dan sangat kenyal sehingga daya erupsi daripada gigi tidak dapat menembusnya.

Ini dapat terjadi misalnya pada seseorang yang telah kehilangan gigi Molar satu Molar dua atau Premolar, sehingga dalam waktu lama ia mengunyah di atas gusi, yang oleh karena trauma yang kronis setiap pengunyahan, menjadi tebal dan ini menyebabkan gigi Molar tiga tersebut sukar erupsi.

Kita membuang sebagian dari pada mukosa di sekeliling oklusal gigi sehingga kelihatan. Kemudian kita bersihkan dan mukosa sekeliling korona diambil seluruhnya.
Biasanya dalam waktu 1 minggu kemudian gigi telah erupsi.

Perawatannya :

            Membuang jaringan lunak sekitar oklusal atau insisal korona gigi dengan eksisi.
Anestesi : Sub mukosa infiltrasi anestesi.
Kemudian setelah dibersihkan , maka sekeliling korona kita beri “ Surgical pack “ agar mukosa sekelilingnya tidak menutupinya kembali.

Apabila perlu kita dapat membuang tulang sekitarnya dan 2 – 3 hari kemudian “surgical pack” diambil.

Tidak ada komentar: