Jumat, 17 Juli 2015

GIGI TERPENDAM/ gigi impaksi (bagian 2)

CARA PENGAMBILAN :

1. Pengambilan secara intoto ( dalam keadaan utuh ).
   Dengan cara membuang tulang yang menghalangi secukupnya, cara ini membutuhkan pengambilan tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma  yang lebih besar, tetapi mengebor tulang lebih mudah daripada mengebor gigi.

2. Pengambilan secara Inseparasi :
   Yaitu gigi yang terpendam dibelah dan dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita menseparir gigi, misalnya kita pisahkan korona dari akar. Kalau akar lebih dari satu, maka dipisahkan dan akar yang telah dipisah tersebut diambil satu-persatu. Tujuannya memperkecil pengorbanan tulang.


Tapi harus diingat :

1. Menseparir gigi lebih sukar daripada membuang tulang, sebab email keras daripada tulang.

2. Pada gigi vital, dimana gigi masih sehat pada waktu menseparir gigi tersebut dimana pulpa terbuka dapat menimbulkan rasa sakit walaupun lokal anestesinya berjalan baik.

Memilih cara mana yang akan dilakukan tergantung daripada posisi gigi, keadaan sekeliling gigi, misalnya banyak tulang yang menghalangi, relasi terhadap gigi tetangga dan keadaan gigi tetangga. Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membuat rencana operasi, yaitu membuat Ro – foto yang baik dan tepat. Sebaiknya dibuat dari 2 atau 3 jurusan misalnya ke arah oklusal dan samping.

Pada Rontgen foto harus dapat dibaca :

- Posisi dari gigi terpendam dengan bentuk dan besarnya gigi, relasinya dengan gigi   tetangga dan jaringan sekitarnya.

- Keadaan akar gigi misalnya jumlah, panjang, besar kurva tura akar, juga harus dilihat ada tidaknya ankilosis, hipersementosis dan bentuk akar.

- Banyak dan tebal tulang alveolar yang merintangi gigi tersebut dilihat dari segala pihak, misalnya lingual atau palatinal, labial dan bukal.

Komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi :
-          Jahitan terbuka
-          Rasa sakit ini adalah normal apabila terjadi sampai hari ke 5
Apabila setelah hari ke 5 masih sangat sakit, kita khawatir terjadi “Dry Socket”
-          Pembengkakan lebih kurang lima hari masih normal.
-          Bila nervus terpotong terjadi parastesi yang lama pada seluruh daerah yang diinervasi nervus tersebut.
Pada pengambilan Molar tiga yang kita khawatirkan yaitu terkenanya atau  Terpotongnya nervus fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot             (miring sebelah)
      -     Terlukanya bibir atau mukosa mungkin oleh karena tang ekstraksi, raspatorium dan alat-alat lain yang dipergunakan sehingga dapat terjadi inflamasi sekitar bibir dan mukosa mulut.
-          Pada waktu operasi terjadi fraktur prosesus alveolaris.
-          Gigi tetangga dapat menjadi :
                        -- gangren         
            -- nekrose
            -- mobiliti ( goyah )
      -     Dapat terjadi Osteomyelitis
      -     Dan banyak lagi komplikasi lainnya, antara lain gigi yang dekat sinus
maksilaris. Oleh karena itu kita harus hati-hati bekerja



MOLAR TIGA MANDIBULA TERPENDAM

Klasifikasi :

            Perlu diketahui klasifikasi daripada Molar Mandibula terpendam, supaya operator dapat memastikan atau membuat rencana kerja sebelumnya dan dapat mengira-ngira kesulitan apa yang bakal ditemuinya pada pengambilan gigi tersebut.
            Menentukan klasifikasi suatu gigi Molar tiga Mandibula terpendam dilakukan dengan bantuan Ro – foto dan posisi gigi terpendam itu di tulang rahang. Ro – Foto yang diperlukan disini adalah : Infra Oral Radiograf, Lateral Jaw Radiograf, Bite wing Radiograf dan Oklusal Radiograf.

Klasifikasi : menurut Pell & Gregory yang meliputi sebagian klasifikasi dari George B. Winter.

Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mendibula dan tepi Distal Molar dua.

Klas   I :    Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal Molar dua untuk
            Lebar mesio distal Molar tiga.
   
      Klas  II :    Ruangan antara distal Molar dua dan ramus lebih kecil daripada lebar Mesio distal Molar tiga.

       Klas III:   Sebagian besar atau seluruh Molar tiga terletak di dalam ramus.


Dalamnya Molar tiga terpendam di tulang Rahang.

Posisi A :   Bahagian tertinggi daripada gigi terpendam terletak setinggi atau lebih
                  Tinggi dari pada dataran oklusal gigi yang normal.

Posisi B :   Bagiantertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi
            Lebih tinggi dari pada serviks Molar dua ( gigi tetangga ).

      Posisi C :   Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam, berada di bawah garis
            Serviks gigi Molar dua.

Posisi Aksis memanjang dari pada gigi Molar tiga terhdap aksis Molar dua :

vertikal
horizontal
inverted ( terbalik / kaudal )
mesio angular
disto angular
buko angular
linguo angular

Jumlah / keadaan akar :

Berakar satu atau akarnya bersatu
Berakar lebih satu.

Gigi terpendam ini dapat diklasifikasikan lain berdasarkan :

a.       Angulasi dan Posisi :
1.      vertikal
2.      horizontal
3.      transversal
4.      mesio angular
5.      disto angular
6.      posisi yang menyamping
                   Misalnya : di dalam ramus, di dalam angulus dan lain-lain.  

b.      Keadaan erupsi :

Dapat berupa : - erupsi penuh
                         - erupsi sebahagian
                         - tidak erupsi sama sekali
                         - di bawah mukosa
                         - embedded (tertanam) dalam tulang

c.       Jumlah/keadaan akar :

- gigi yang berakar satu
             - gigi yang berakar dua
             - gigi yang akarnya bersatu
             - apakah keadaan akar menguntungkan apa tidak

             Jadi dalam klasifikasi ini semua harus ditulis :
             Misalnya : Klasifikasi : a. Disto angular
                                                    b. erupsi +
                                                    c. V3 ( akar tiga )

        - dan letak gigi seluruhnya terhadap tulang dan gigi tetangganya, misalnya :
          Jika Molar dua karies – kita lihat gangren atau tidak, apakah bisa dirawat atau           tidak karena ini dapat merubah cara kerja kita.

          Misal : Molar tiga angular – Molar dua perlu dicabut maka Molar dua dicabut dan Molar tiga dibiarkan, Jika Molar dua dan Molar tiga karies, maka sebaiknya kita cabut Molar dua dulu baru kemudian Molar tiga dicabut.

                     Disini kadang-kadang perlu pembukaan flep, tergantung banyaknya tulang yang mengelilingi gigi 

Karies sebelah distal Molar dua yang disebabkan oleh tekanan kronis dari Molar tiga tersebut. Ini hanya dapat dilihat dengan Ro – Foto. Molar dua dicabut dan Molar tiga diambil.

Perawatan :

Anestesi : dapat dengan anestesi lokal atau dengan anestesi umum.

Masing-masing anestesi ada keuntungannya, seperti anestesi lokal, jarang ada pendarahan oleh karena kita memakai vaso-konstriktor.

Pada general anestesi : tidak boleh menggunakan vasokonstriktor kecuali ada izin
                                      dari ahli anestesi.

Indikasi untuk anestesi lokal / anestesi umum :

Lokal anestesi : Biasanya dilakukan pada penderita yang mentalnya kuat dan keadaan umum baik atau normal.

Pada penderita yang gelisah dan debil ( bodoh ) lebih baik kita gunakan anestesi umum.

Teknik operasi :
Yaitu : 1. Membuat insisi untuk pembuatan flep
            2. pengambilan tulang
            3. pengambilan gigi
            4. pembersihan luka
            5. penutupan luka

ad.1. Membuat insisi untuk pembuatan flep.

         Telah kita pelajari lebih dahulu, syarat-syarat buatan flep yang harus kita taati.

   Syarat-syarat flep :
1.      Harus membuka daerah operasi yang jelas.
2.      insisi terletak pada jaringan yang sehat.
3.      mempunyai dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran darah ke flep cukup baik.

   Insisi :
a.       Di daerah distal Molar dua sampai ke ramus insisi horizontal tegak lurus pada pinggir oklusal tulang elveolar dan ramus.

b.      Dari distal Molar dua kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar dua sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks Molar satu.
Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang maka muko periosteal flep dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditahan dengan penarik pipi.

Setelah flep dibuka maka kelihatan tulang dan kadang-kadang kita sudah dapat melihat giginya sebagian. Kita lakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut.

Ad.2.   Pengambilan tulang.

            Bila gigi terpendam seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bor atau pahat. Bor dipakai yaitu : bor yang bulat dan tajam, ada yang menyukai nomor 3 – 5 yaitu yang besar, apabila banyak tulang yang harus dibuang. Tetapi kita juga harus menyediakan bor yang kecil untuk membuang tulang penghalang. Sambil membor kita irigasi gunanya untuk mengurangi panas yang timbul waktu mengebor. Supaya tidak terjadi nekrosa tulang.

     - Apabila tulang menutupi gigi telah cukup dibuang,maka kita dapat menggunakan bor, untuk membuang penghalang yang sedikit-sedikit dipakai bor yang kecil.

- Setelah pengambilan tulang cukup, maka kita coba mencongkel gigi keluar.

            Yang harus diperhatikan :

            Tulang bagian lingual tidak diambil, disini ada suatu modifikasi yaitu : Untuk mempercepat pengambilannya dapat dibuat suatu muko-osteo-flep di sebelah lingual (tidak dilakukan pada pengambilan dengan lokal anestesi) dan ini dipergunakan bila gigi Molar tiga terpendam tersebut lebih mengarah ke lingual. Dengan mengembalikan mukosanya maka tulangnya juga dikembalikan.
            Pada muko osteo flep tidak ada pengambilan tulang.

Ad.3.   Pengambilan gigi

            Dapat dilakukan secara :

            a. Intoto ( utuh )          : kalau gigi dikeluarkan secara bulat ( utuh ).

            b. Separasi ( terpisah ) : gigi dibelah dulu baru dikeluarkan.

            a. I n t o t o :
 Setelah tulang yang mengililingi gigi tersebut kita ambil secukupnya maka kita harus mempunyai cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Dengan meletakkan elevator di bawah korona kita membuat gerakan yang mengungkit gigi tersebut.
               Kalau gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka kita harus mencari bagian tulang mana yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan dengan tekanan yang minimal. Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum mau keluar, maka mungkin masih ada tulang atau akar gigi yang menghalangi.            
               Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan, dan terletak di bawah mahkota Molar dua sedang gigi tersebut akan kita ambil dengan cara intoto, maka tulang distal Molar tiga kita ambil lebih banyak sehingga Molar tiga dapat kita congkel ke arah distal. Cara atau teknik kerja tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi dan jaringan sekitarnya.


              b. Cara in separasi.
    Pada metode ini kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang impaksi  diambil dengan cara membelah-belahnya (diambil sebagian-sebagian) Dalam keadaan ini kita tidak perlu banyak membuang tulang bagian distal Molar tiga tersebut dan gigi diambil sepotong-sepotong dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar.

Perlu diingat, jangan memaksa karena dapat menyebabkan fraktur tulang rahang atau fraktur Molar dua.

                     Pada gigi Molar tiga posisi vertikal, biasanya membutuhkan pengambilan tulang lebih banyak bila kita mengambil secara intoto.
Pada posisi vertikal biasanya gigi dihalangi oleh ramus asendens mandibula.

                     Kita perhatikan 2 (dua) hal :

1.      Apakah Molar tiga ini dibiarkan dengan membuang tulang dan diharapkan tumbuh normal.
2.      Molar tiga diambil.

        Hal pertama harus kita perhatikan antagonisnya :
          
            - apakah antagonisnya ada
            - apakah antagonisnya berada pada posisi yang baik
            - apakah gigi ini dapat sempurna tumbuh mencapai oklusi normal, hal kita lihat jarak ramus asendens dengan batas distal Molar dua.

Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi Molar dua tampak tidak cukup walau Molar tiga posisi vertikal, Molar tiga harus diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya Molar tiga maksila juga diambil.
Pada keadaan dimana tampak kurang sedikit saja maka lebih lanjut melihat ke regio depan yaitu :

-     Apakah gigi front berjejal. Dalam hal ini kita bekerja sama dengan Bagian Ortodonsia untuk pertimbangannya.
    
      Misalnya :
            Premolar diambil, sehingga kita mempunyai tempat untuk Molar tiga tersebut juga dilihat antagonisnya (mesio angular impaksi atau tidak)     

-     Bila Molar tiga ini diambil kemungkinan berjejalnya gigi depan dapat tertolong.

                  Catatan :

                  Setelah flep kita buka, pertimbangkan jumlah tulang yang akan dibuang. Bila pada pengambilan intoto, pengambilan tulang akan terlalu banyak maka kita lakukan dengan teknik in separasi saja.
                  Bila tulang terlalu banyak diambil kemungkinan dapat merusak kanalis        Mandibularis.

ad.4.    Pembersihan Luka :

            Setelah gigi dikeluarkan maka soket atau ruang bekas gigi harus betul-betul dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pemboran atau pemahatan.       Folikel harus kita bersihkan atau buang. Folikel yang masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual.
Sisa enamel organ harus dibersihkan untuk menghindari terjadinya kista Residual.
            Tepi tulang yang runcing harus kita haluskan dengan bor atau dengan “ bone file “ setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan dengan semprotan air garam fisiologis 0,9 % supaya pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan ini dihisap dengan suktor.

            Kemudian alveolus dapat kita isi dengan :

      - terragas ( drain )
      - white head varnish
      - vasenol
      - bubuk sulfa

            Ini tergantung dari kemauan operator.

ad. 5.   Perawatan pasca bedah :

            Bila sudah bersih, flep dikembalikan ke tempatnya dan dijahit.
            Pada pasien diberikan obat-obatan seperti :

      - anti biotik
      - analgetika
      - anti inflamasi
      - dapat diberi tambahan vitamin untuk menaikkan daya tahan tubuh.

      Pada pasien diberi petunjuk tertulis yaitu : pasien tidak boleh berkumur-kumur       selama 24 jam dan terus menerus menggigit tampon.
      Tampon harus diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah.
      Pasien harus istirahat yang cukup. Tampon  steril yang diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah setengah jam oleh karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi, dan bila perlu diganti jika masih ada pendarahan maka        harus datang kembali  ke rumah sakit.
Dan apabila terjadi pendarahan di rumah, maka sebaiknya pasien tidur dengan kepala agak ditinggikan.
    

Bila terjadi pendarahan maka dilakukan dengan cara :

      - membersihkan luka
      - mencari penyebab
      - pemberian hemostatika.

Pada keesokan harinya pasien dapat berkumur-kumur dengan obat kumur / air garam hangat, dianjurkan setiap habis makan.
      Pasien harus memakan makanan yang lunak dan bergizi. Pasien kembali kontrol setiap hari sampai jahitan dibuka, luka dibersihkan dengan air garam fisiologi atau aquadest kemudian diolesi iodine 1 – 3 % atau gentran. Setelah 5 hari jahitan dibuka.



Komplikasi yang dapat terjadi pada pengambilan Molar tiga mandibula terpendam yaitu :

1.      Fraktur rahang
2.      Perdarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior
3.      Bekerja tidak bersih, dimana ada jaringan folikel masih tertinggal sehingga
Dapat terjadi kista yang dapat melanjut menjadi tumor.
4. Bekerja tidak bersih sehingga dapat terjadi infeksi yang dapat melanjut jadi Osteomyelitis
      5.  Trauma pada gigi Molar dua
Misalnya sewaktu kita mengebor, jaringan periodontal Molar dua turut rusak walaupun tidak terjadi fraktur Molar dua. Setelah 1 – 3 bulan kemudian pasien datang kembali dengan gangren dan nekrose Molar dua
6.   Terlukanya n. Alveolaris inferior sehingga menyebabkan parastesi.

Tidak ada komentar: