CARA PENGAMBILAN :
1. Pengambilan secara intoto ( dalam keadaan utuh ).
Dengan cara
membuang tulang yang menghalangi secukupnya, cara ini membutuhkan pengambilan
tulang yang lebih banyak dan menimbulkan trauma
yang lebih besar, tetapi mengebor tulang lebih mudah daripada mengebor
gigi.
2. Pengambilan secara Inseparasi :
Yaitu gigi yang
terpendam dibelah dan dikeluarkan sebagian-sebagian. Disini kita menseparir
gigi, misalnya kita pisahkan korona dari akar. Kalau akar lebih dari satu, maka
dipisahkan dan akar yang telah dipisah tersebut diambil satu-persatu. Tujuannya
memperkecil pengorbanan tulang.
Tapi harus diingat :
1. Menseparir gigi lebih sukar daripada membuang tulang,
sebab email keras daripada tulang.
2. Pada gigi vital, dimana gigi masih sehat pada waktu menseparir
gigi tersebut dimana pulpa terbuka dapat menimbulkan rasa sakit walaupun lokal
anestesinya berjalan baik.
Memilih cara mana yang akan dilakukan tergantung daripada
posisi gigi, keadaan sekeliling gigi, misalnya banyak tulang yang menghalangi,
relasi terhadap gigi tetangga dan keadaan gigi tetangga. Langkah-langkah yang
dibutuhkan untuk membuat rencana operasi, yaitu membuat Ro – foto yang baik dan
tepat. Sebaiknya dibuat dari 2 atau 3 jurusan misalnya ke arah oklusal dan
samping.
Pada Rontgen foto harus dapat dibaca :
- Posisi dari gigi terpendam dengan bentuk dan besarnya
gigi, relasinya dengan gigi tetangga
dan jaringan sekitarnya.
- Keadaan akar gigi misalnya jumlah, panjang, besar kurva
tura akar, juga harus dilihat ada tidaknya ankilosis, hipersementosis dan
bentuk akar.
- Banyak dan tebal tulang alveolar yang merintangi gigi
tersebut dilihat dari segala pihak, misalnya lingual atau palatinal, labial dan
bukal.
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi :
- Jahitan
terbuka
- Rasa sakit
ini adalah normal apabila terjadi sampai hari ke 5
Apabila setelah hari ke 5 masih sangat sakit, kita khawatir
terjadi “Dry Socket”
-
Pembengkakan lebih kurang lima hari masih normal.
- Bila nervus
terpotong terjadi parastesi yang lama pada seluruh daerah yang diinervasi
nervus tersebut.
Pada pengambilan Molar tiga yang kita khawatirkan yaitu
terkenanya atau Terpotongnya nervus
fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot (miring sebelah)
- Terlukanya bibir atau mukosa mungkin oleh
karena tang ekstraksi, raspatorium dan alat-alat lain yang dipergunakan
sehingga dapat terjadi inflamasi sekitar bibir dan mukosa mulut.
- Pada waktu
operasi terjadi fraktur prosesus alveolaris.
- Gigi
tetangga dapat menjadi :
-- gangren
-- nekrose
--
mobiliti ( goyah )
- Dapat terjadi Osteomyelitis
- Dan banyak lagi komplikasi lainnya, antara
lain gigi yang dekat sinus
maksilaris. Oleh karena itu kita harus hati-hati bekerja
MOLAR TIGA MANDIBULA TERPENDAM
Klasifikasi :
Perlu
diketahui klasifikasi daripada Molar Mandibula terpendam, supaya operator dapat
memastikan atau membuat rencana kerja sebelumnya dan dapat mengira-ngira
kesulitan apa yang bakal ditemuinya pada pengambilan gigi tersebut.
Menentukan
klasifikasi suatu gigi Molar tiga Mandibula terpendam dilakukan dengan bantuan
Ro – foto dan posisi gigi terpendam itu di tulang rahang. Ro – Foto yang
diperlukan disini adalah : Infra Oral Radiograf, Lateral Jaw Radiograf, Bite
wing Radiograf dan Oklusal Radiograf.
Klasifikasi : menurut Pell & Gregory yang meliputi
sebagian klasifikasi dari George B. Winter.
Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mendibula dan tepi
Distal Molar dua.
Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas
distal Molar dua untuk
Lebar
mesio distal Molar tiga.
Klas II :
Ruangan antara distal Molar dua dan ramus lebih kecil daripada lebar
Mesio distal Molar tiga.
Klas III: Sebagian besar atau seluruh Molar tiga
terletak di dalam ramus.
Dalamnya Molar tiga terpendam di tulang Rahang.
Posisi A : Bahagian
tertinggi daripada gigi terpendam terletak setinggi atau lebih
Tinggi dari pada dataran oklusal gigi yang normal.
Posisi B :
Bagiantertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi
Lebih
tinggi dari pada serviks Molar dua ( gigi tetangga ).
Posisi C : Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam,
berada di bawah garis
Serviks
gigi Molar dua.
Posisi Aksis memanjang dari pada gigi Molar tiga terhdap
aksis Molar dua :
vertikal
horizontal
inverted ( terbalik / kaudal )
mesio angular
disto angular
buko angular
linguo angular
Jumlah / keadaan akar :
Berakar satu atau akarnya bersatu
Berakar lebih satu.
Gigi terpendam ini dapat diklasifikasikan lain berdasarkan :
a. Angulasi dan
Posisi :
1. vertikal
2. horizontal
3. transversal
4. mesio angular
5. disto angular
6. posisi yang
menyamping
Misalnya : di dalam ramus, di dalam angulus dan lain-lain.
b. Keadaan erupsi
:
Dapat berupa : - erupsi penuh
- erupsi sebahagian
- tidak erupsi sama sekali
- di bawah mukosa
- embedded (tertanam) dalam tulang
c.
Jumlah/keadaan akar :
- gigi yang berakar satu
- gigi
yang berakar dua
- gigi yang akarnya bersatu
- apakah
keadaan akar menguntungkan apa tidak
Jadi
dalam klasifikasi ini semua harus ditulis :
Misalnya
: Klasifikasi : a. Disto angular
b. erupsi +
c. V3 ( akar tiga )
- dan letak
gigi seluruhnya terhadap tulang dan gigi tetangganya, misalnya :
Jika Molar
dua karies – kita lihat gangren atau tidak, apakah bisa dirawat atau tidak karena ini dapat merubah cara
kerja kita.
Misal :
Molar tiga angular – Molar dua perlu dicabut maka Molar dua dicabut dan Molar
tiga dibiarkan, Jika Molar dua dan Molar tiga karies, maka sebaiknya kita cabut
Molar dua dulu baru kemudian Molar tiga dicabut.
Disini kadang-kadang perlu pembukaan flep, tergantung banyaknya tulang
yang mengelilingi gigi
Karies sebelah distal Molar dua yang disebabkan oleh tekanan
kronis dari Molar tiga tersebut. Ini hanya dapat dilihat dengan Ro – Foto.
Molar dua dicabut dan Molar tiga diambil.
Perawatan :
Anestesi : dapat dengan anestesi lokal atau dengan anestesi
umum.
Masing-masing anestesi ada keuntungannya, seperti anestesi
lokal, jarang ada pendarahan oleh karena kita memakai vaso-konstriktor.
Pada general anestesi : tidak boleh menggunakan
vasokonstriktor kecuali ada izin
dari ahli
anestesi.
Indikasi untuk anestesi lokal / anestesi umum :
Lokal anestesi : Biasanya dilakukan pada penderita yang
mentalnya kuat dan keadaan umum baik atau normal.
Pada penderita yang gelisah dan debil ( bodoh ) lebih baik
kita gunakan anestesi umum.
Teknik operasi :
Yaitu : 1. Membuat insisi untuk pembuatan flep
2.
pengambilan tulang
3.
pengambilan gigi
4.
pembersihan luka
5.
penutupan luka
ad.1. Membuat insisi untuk pembuatan flep.
Telah kita
pelajari lebih dahulu, syarat-syarat buatan flep yang harus kita taati.
Syarat-syarat flep
:
1. Harus membuka
daerah operasi yang jelas.
2. insisi
terletak pada jaringan yang sehat.
3. mempunyai
dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran darah ke flep cukup baik.
Insisi :
a. Di daerah
distal Molar dua sampai ke ramus insisi horizontal tegak lurus pada pinggir
oklusal tulang elveolar dan ramus.
b. Dari distal
Molar dua kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar dua sampai ke
forniks kira-kira mencapai apeks Molar satu.
Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang
maka muko periosteal flep dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditahan dengan
penarik pipi.
Setelah flep dibuka maka kelihatan tulang dan kadang-kadang
kita sudah dapat melihat giginya sebagian. Kita lakukan pengambilan tulang yang
menghalangi gigi tersebut.
Ad.2. Pengambilan
tulang.
Bila gigi
terpendam seluruhnya dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bor atau
pahat. Bor dipakai yaitu : bor yang bulat dan tajam, ada yang menyukai nomor 3
– 5 yaitu yang besar, apabila banyak tulang yang harus dibuang. Tetapi kita
juga harus menyediakan bor yang kecil untuk membuang tulang penghalang. Sambil membor
kita irigasi gunanya untuk mengurangi panas yang timbul waktu mengebor. Supaya
tidak terjadi nekrosa tulang.
- Apabila tulang
menutupi gigi telah cukup dibuang,maka kita dapat menggunakan bor, untuk
membuang penghalang yang sedikit-sedikit dipakai bor yang kecil.
- Setelah pengambilan tulang cukup, maka kita coba
mencongkel gigi keluar.
Yang harus
diperhatikan :
Tulang
bagian lingual tidak diambil, disini ada suatu modifikasi yaitu : Untuk
mempercepat pengambilannya dapat dibuat suatu muko-osteo-flep di sebelah
lingual (tidak dilakukan pada pengambilan dengan lokal anestesi) dan ini
dipergunakan bila gigi Molar tiga terpendam tersebut lebih mengarah ke lingual.
Dengan mengembalikan mukosanya maka tulangnya juga dikembalikan.
Pada muko
osteo flep tidak ada pengambilan tulang.
Ad.3. Pengambilan
gigi
Dapat
dilakukan secara :
a. Intoto ( utuh ) : kalau gigi dikeluarkan secara bulat
( utuh ).
b.
Separasi ( terpisah ) : gigi dibelah dulu baru dikeluarkan.
a. I n t o
t o :
Setelah tulang yang
mengililingi gigi tersebut kita ambil secukupnya maka kita harus mempunyai
cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Dengan
meletakkan elevator di bawah korona kita membuat gerakan yang mengungkit gigi
tersebut.
Kalau
gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka kita harus mencari
bagian tulang mana yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi
dengan tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan dengan tekanan yang
minimal. Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum mau keluar,
maka mungkin masih ada tulang atau akar gigi yang menghalangi.
Bila
mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan, dan terletak di bawah mahkota
Molar dua sedang gigi tersebut akan kita ambil dengan cara intoto, maka tulang
distal Molar tiga kita ambil lebih banyak sehingga Molar tiga dapat kita
congkel ke arah distal. Cara atau teknik kerja tergantung pada posisi gigi,
keadaan gigi dan jaringan sekitarnya.
b. Cara
in separasi.
Pada metode ini
kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang impaksi diambil dengan cara membelah-belahnya
(diambil sebagian-sebagian) Dalam keadaan ini kita tidak perlu banyak membuang
tulang bagian distal Molar tiga tersebut dan gigi diambil sepotong-sepotong
dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar.
Perlu diingat, jangan memaksa karena dapat menyebabkan
fraktur tulang rahang atau fraktur Molar dua.
Pada gigi Molar tiga posisi vertikal, biasanya membutuhkan pengambilan
tulang lebih banyak bila kita mengambil secara intoto.
Pada posisi vertikal biasanya gigi dihalangi oleh ramus
asendens mandibula.
Kita perhatikan 2 (dua) hal :
1. Apakah Molar
tiga ini dibiarkan dengan membuang tulang dan diharapkan tumbuh normal.
2. Molar tiga
diambil.
Hal pertama
harus kita perhatikan antagonisnya :
- apakah
antagonisnya ada
- apakah
antagonisnya berada pada posisi yang baik
- apakah
gigi ini dapat sempurna tumbuh mencapai oklusi normal, hal kita lihat jarak
ramus asendens dengan batas distal Molar dua.
Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi Molar
dua tampak tidak cukup walau Molar tiga posisi vertikal, Molar tiga harus
diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya Molar tiga maksila juga diambil.
Pada keadaan dimana tampak kurang sedikit saja maka lebih
lanjut melihat ke regio depan yaitu :
- Apakah gigi
front berjejal. Dalam hal ini kita bekerja sama dengan Bagian Ortodonsia untuk
pertimbangannya.
Misalnya :
Premolar
diambil, sehingga kita mempunyai tempat untuk Molar tiga tersebut juga dilihat
antagonisnya (mesio angular impaksi atau tidak)
- Bila Molar tiga
ini diambil kemungkinan berjejalnya gigi depan dapat tertolong.
Catatan :
Setelah flep kita buka, pertimbangkan jumlah tulang yang akan dibuang.
Bila pada pengambilan intoto, pengambilan tulang akan terlalu banyak maka kita
lakukan dengan teknik in separasi saja.
Bila
tulang terlalu banyak diambil kemungkinan dapat merusak kanalis Mandibularis.
ad.4. Pembersihan
Luka :
Setelah
gigi dikeluarkan maka soket atau ruang bekas gigi harus betul-betul dibersihkan
dari sisa-sisa tulang bekas pemboran atau pemahatan. Folikel harus kita bersihkan atau buang.
Folikel yang masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual.
Sisa enamel organ harus dibersihkan untuk menghindari
terjadinya kista Residual.
Tepi
tulang yang runcing harus kita haluskan dengan bor atau dengan “ bone file “
setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan dengan semprotan air garam
fisiologis 0,9 % supaya pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan
ini dihisap dengan suktor.
Kemudian
alveolus dapat kita isi dengan :
- terragas (
drain )
- white head
varnish
- vasenol
- bubuk sulfa
Ini
tergantung dari kemauan operator.
ad. 5. Perawatan
pasca bedah :
Bila sudah
bersih, flep dikembalikan ke tempatnya dan dijahit.
Pada
pasien diberikan obat-obatan seperti :
- anti biotik
- analgetika
- anti inflamasi
- dapat diberi
tambahan vitamin untuk menaikkan daya tahan tubuh.
Pada pasien
diberi petunjuk tertulis yaitu : pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menerus
menggigit tampon.
Tampon harus
diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah.
Pasien harus
istirahat yang cukup. Tampon steril yang
diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah setengah jam oleh karena
dapat menyebabkan terjadinya infeksi, dan bila perlu diganti jika masih ada
pendarahan maka harus datang kembali ke rumah sakit.
Dan apabila terjadi pendarahan di rumah, maka sebaiknya
pasien tidur dengan kepala agak ditinggikan.
Bila terjadi pendarahan maka dilakukan dengan cara :
- membersihkan
luka
- mencari
penyebab
- pemberian hemostatika.
Pada keesokan harinya pasien dapat berkumur-kumur dengan
obat kumur / air garam hangat, dianjurkan setiap habis makan.
Pasien harus
memakan makanan yang lunak dan bergizi. Pasien kembali kontrol setiap hari
sampai jahitan dibuka, luka dibersihkan dengan air garam fisiologi atau
aquadest kemudian diolesi iodine 1 – 3 % atau gentran. Setelah 5 hari jahitan
dibuka.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pengambilan Molar tiga
mandibula terpendam yaitu :
1. Fraktur rahang
2. Perdarahan,
terlukanya arteri alveolaris inferior
3. Bekerja tidak
bersih, dimana ada jaringan folikel masih tertinggal sehingga
Dapat terjadi kista yang dapat melanjut menjadi tumor.
4. Bekerja tidak bersih sehingga dapat terjadi infeksi yang
dapat melanjut jadi Osteomyelitis
5. Trauma pada gigi Molar dua
Misalnya sewaktu kita mengebor, jaringan periodontal Molar
dua turut rusak walaupun tidak terjadi fraktur Molar dua. Setelah 1 – 3 bulan
kemudian pasien datang kembali dengan gangren dan nekrose Molar dua
6. Terlukanya n.
Alveolaris inferior sehingga menyebabkan parastesi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar